warga lokal tidak canggung lagi menekuni sektor informal (foto/sjd)
Batununggul (waklaba.blogspot.com)
Sector informal warga local enggan berkecimpung
padahal sector ini sangat menjadi tumpuan hidup. Saat ini orang Bali khususnya
Nusa Penida selalu jadi penonton atau pekerja, bukan menjadi penguasa dalam
dunia bisnis. Hal ini tidak terlepas dari mental priyayi warga yang menjadi
faktor yang menghambat orang Nusa Penida bisa bersaing di dunia bisnis.
Usaha kecil yang dianggap kurang menjanjikan, sepertinya dibiarkan begitu saja diambil orang pendatang.
Usaha kecil yang dianggap kurang menjanjikan, sepertinya dibiarkan begitu saja diambil orang pendatang.
Di samping itu, lemahnya
karakter dan manajerial serta permodalan dari orang Bali itu sendiri, membuat
kondisi ini menjadi sangat memprihatinkan.
Bisnis atau peluang usaha di sektor informal di Bali. Semenjak akses menuju Nusa Penida lancar serbuan kaum pendatang kian ramai menggantungkan hidupnya lewat sector ini. Perubahan pola piker warga local tergugah untuk menggarap sector ini.
Bisnis atau peluang usaha di sektor informal di Bali. Semenjak akses menuju Nusa Penida lancar serbuan kaum pendatang kian ramai menggantungkan hidupnya lewat sector ini. Perubahan pola piker warga local tergugah untuk menggarap sector ini.
Salah satu berkecimpung disektor informal Desak
Nyoman Nova. Berbagai camilan dia pasarkan. Awalnya Nova coba-coba, ternyata masyaraka
menyambut baik. Jadilah seperti ini, pemasaran hanya daerah sekitar pasar Mentigi. Camilan adalah satu makanan ringan sebagai
pelengkap makan maupun sebagai pedamping kopi. Camilan yang diproduksi sendiri mulai
dari krupuk, kacang dan lainya. Dia kewalahan dengan permintaan yang kian
tinggi. Produksi camilan yang diperkerjakan sendiri dibantu oleh mertuanya. “
saya sangat bersyukur usaha yang dirintis membuahkan hasil yang lumayan, “ kata
Desak Nyoman Nova, Selasa (7/4).
Harga yang terjangkau mulai dari seribu rupiah
hingga lima ribu rupiah tergantung kemasan. Hal yang sama Agus Harta Wijaya
Kusuma yang jauh lebih lama kecimpung diusaha camilan. Camilan berbagai varian
telah dipasarkan ke toko dan minimarket. Agus memulai usaha pada tahun 2008,
banyak kisah baik suka maupun duka. Pertama usaha banyak menemui masalah terutama
pemasaran, kegigihan dan ketekunan menjadi memacunya lebih kreatif baik kemasan
maupun pemasarannya.
Sementara Jasa Potong Rambut Lawa, I Dewa Made Subawa. Mengungkapkan, dengan menawarkan konsep potong rambut khusus untuk pria dewasa maupun anak-anak, bisnis jasanya hingga kini, cukup maju dan berkembang. ‘'Rata-rata konsumen kami yang datang lebih dari 10 orang per hari,'' ujarnya.
‘'Setelah konsumen melakukan pemotongan rambut, kami juga akan memanjakan konsumen dengan pemijatan ringan di sekitar leher hingga pundak,'' jelasnya.
Disinggung mengenai biaya potong rambut, untuk dewasa maupun anak-anak sama yaitu 7 ribu, per orang.
Time is money adalah
prinsip ini dianut sebagian kalangan masyarakat zaman sekarang. Sedemikian
sibuknya mereka mengejar materi, untuk masalah yang sangat pribadi sekali pun,
mereka serasa tidak mempunyai waktu lagi, misalnya untuk potong rambut. Kondisi
ini, ditangkap dengan manis oleh seorang pelaku bisnis dengan mendirikan Potong
Rambut Lawa (LW).
Oleh : Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment