Limbah Kayu Jadi Furniture Antik

I Komang Arta (foto/gun)

TANGLAD, Nusa penida adalah daerah kepulauan. Dataran kering yang ditumbuhi aneka jenis kayu. Jenis kayu untuk bahan bangunan rumah tinggal. Ada beberapa jenis kayu yang ada. Kayu lokal maupun kayu yang sudah dikenal masyarakat luas. Jenis kayu lokal seperti kayu caplung, kasia, kayu klampuak. Jenis kayu seperti jati, mahoni, kayu nangka banyak ditanam di Nusa Penida.
 Masyarakat Nusa Penida lebih memanfaatkan kayu lokal untuk bahan bangunan. Terkadang juga membeli di toko kayu. Kayu-kayu lokal dirasa lebih awet kualitasnya. Dibandingkan kayu inport dari luar Nusa Penida. Harganya pun lebih mahal dibandingkan kayu lokal.

Nusa Penida saat ini banyak sisa potongan (batang paling bawah) pohon kayu yang tidak dimanfaatkan. Terbuang begitu saja, bahkan tak jarang dipakai kayu bakar oleh pemiliknya. Melihat situasi seperti itu I Komang Arta (37 th) Warga Desa Tanglad, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung-Bali. Mempunyai ide kreatif untuk memanfaatkannya.

Pria akrabnya dipanggil Komang. Berpikir untuk membuat meja dan kursi. Komang meminta kayu sisa/bongkol dari warga tetangga. Meja dan kursi awalnya dibuat untuk kepentingan pribadi di rumahnya. Meja dan kursi dibuat Komang mengikuti pola dan setruktur dari kayu yang ada. Meja kayu yang dibuatnya antik dan terlihat alami. Banyak orang yang main ke rumahnya dibuat penasaran. Bagaimana ia bisa membuatnya. Beberapa orang memesan meja dan kursi buatan nya karena unik seperti meja alam.
Dari situlah I komang Arta termotivasi untuk terus membuat meja dan kursi dari bongkol sisa kayu potongan. Halaman belakang rumah seluas setengah are, dimanfaatkannya. Dipakai tempat untuk membuat meja dan kursi. Dua tahun sudah ia melakoni pekerjaan ini. Lebih dari 25 pasang meja terjual.

 “Ini tidak menjadi pekerjaan pokok. Pekerjaan sampingan disela sela rehat dari rutinitas saya sebagai seorang petani di nusa penida.” tuturnya. Disela kesibukannya mengecat meja dan kursi kayunya. Satu set meja terdiri dari meja dan dua kursi memanjang. Panjang normal meja 120 cm x 50 cm dengan tebal 5 cm. Ukuran meja normal ini dijual dengan harga dua juta sampai tiga setengah juta. Harga meja yang ditawarkan beragam. Tergantung tebal meja dan jenis kayu yang diminta pembeli. Ada salah satu pembeli memintanya membuat meja dari kayu jati. Dipernis memakai cat tahan bakar putung rokok. Dihargai lebih mahal dari harga standarnya.

Pelanggan Komang saat ini cuma sekitaran Nusa Penida. Walaupun demikian Komang merasa kewalahan. Karena banyaknya pesananan. Komang mengerjakan sendiri mulai dari mengambil kayu dari hutan. Sampai peroses kayu itu menjadi meja. Sekarang ia mulai berpikir untuk bagaimana mencari modal. Memasarkan meja kayu unik miliknya. Sempat ia berpikir untuk mencari dana ke bank namun ia masih pikir pikir.
 “Takut tidak bisa membayar kredit dikemidian hari.” Ujarnya. Komang berharap usahanya bisa berkembang.


Oleh : Santana Ja Dewa & Gun 
Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

1 comments:

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.