Konektivitas Nusa Ceningan-Nusa Lembongan Mengandalkan Sampan

pelajar berangkat ke sekolah menggunakan sampan, Nusa Ceningan, Nusa Penida (foto/sjd)

 LEMBONGAN,
Pasca ambruk jembatan kuning menghubungkan kedua pulau Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan, Minggu (16/10) petang pkl.18.30 wita. Teresolir Nusa Ceningan, aktifitas penyeberangan alternative sementara menggunakan mode sampan. Sesuai rencana tahun 2017 jembatan baru akan dibangun.


Pantuan di lapangan, Selasa (18/10) pagi aktivitas warga menyeberang antara Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan menggunakan sampan. Penyeberangan semakin ruwet tidak seperti sedia kala waktu lewat jalur darat menggunakan jembatana kuning yang sering dijuluki jembatan cinta. Selian penumpang sebagain besar warga menyertakan kendaraannya dengan biaya bervariasi dari Rp 20 ribu-Rp 25 ribu/sepeda motor, dan Rp 5.000/orang. Tarif ini hanya diberlakukan pada pengunjung dan wisatawan sementara warga lokal dan pelajar diberikan secara cuma-cuma (gratis). Prajuru setempat mengintrusikan hal demikian mengingat kondisi masih berduka dan darurat. Pelajar dari Nusa Ceningan cukup tingggi, rata-rata 100 pelajar di tingkat SMP dan SMA.

“Siswa harus berangkat lebih pagi karena isi menyeberang dengan perahu, mereka juga harus membuka sepatu agar tidak basah saat naik ke atas perahu,” ujar Putu Manik, seorang guru di SMA Wisata Darma di Lembongan. Untuk saat ini siswa tetap masuk seperti bagaimana biasanya, namun untuk sementara belum bisa melaksanakan proses belajar mengajar. Karena kondisi sekolah masih berduka, setelah kehilangan seorang guru di SMA Wisata Darma I Putu Ardiana, dalam musibah putusnnya Jembatan Kuning.

Salah satu penyedia jasa penyeberangan perahu Wayan Wika, mengaku mengalami peningkatan tajam untuk mengangkut warga. Setidaknya dari pagi hingga siang hari, bisa mengangkut 15 kali warga dengan kapasitas rata-rata 8 orang. Diakui dia hanya memasang tarif untuk wisatwan saja, sedangkan warga lokal dan pelajar saat ini diberikan gratis. Dirinya biasanya hanya mengangkut 1 atau 2 kali itupun wisatawan yang hendak snorkling dan diving.

" Kami sudah meminta kepada jasa penyedia perahu untuk memberikan gratis kepada khususnya kepada siswa. Namun, pihaknya masih cemas jika hanya menggunakan perahu tersebut, khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebab perahu ini memang rentan oleng jika diterjang gelombang,” kata Perbekel Desa Lembongan I Ketut Gede Arjaya.

Kondisi seperti ini, Perbekel Arjaya pihak sudah menggelar rapat internal mencari solusi yang lebih jitu. Diputuskan menggunakan perahu shuttle boat yang berbentuk labih panjang ketimang perahu. Karena tidak ada anggaran kedaruratan di desa, Arjaya menyodorkan solusi tersebut kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta ketika turun ke lokasi ambruknya Jembatan Kuning, Senin siang.

“Kami mohon pemerintah bisa membantu hal tersebut, ditafsir harganya di bawah Rp 200 juta/unit,” harapnya.

Bupati Suwirta mengatakan, pihaknya sudah menampung usulan pengadaan shuttle boat tersebut, nantinya akan berkodinasi dengan BPBD Provinsi. Kondisi darurat perahu tersebut bisa dialokasikan.

" Situasi darurat ini, agar tidak ada oknum-oknum yang mencari celah untuk meraup keuntungan lebih di tengah kondisi saat ini, " cetusnya. (*sjd)
Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.