dr. I Gede Suma
Kering, berbatu geografis pulau terpisahkan selat Badung. Pulau
Nusa Penida dikenal sebagai pulau tandus bahkan sering orang pada era dulu coletahan
miring, bullying "orang kelas dua". Seperti itulah kondisi pada
waktu, putra-putri berjuang setengah mati mengapus kutukan kurang sedap
didengar seakan-akan telinga marah benderang melakukan pertempuran. Pelecut
panji-panji perjuangan membuktikan diri, menunjukan kepada halayak umum.
Perjuangan telah menjadi harga mati tidak bisa
ditawar begitu saja.
Nilai patriolisme tumbuh membara,
meledak-ledak persamaan kesetaraan. Hari cerah seperti sinar bintang dari timur
memulai menerangi semesta. Daya juang sampai titik cerah dibawah sinar bintang
dari timur menyinari semesta. Satu tumbuh diikuti bersamaan dibelakang perlahan
tapi pasti mengubah pandangan negatif. Kesan kurang baik, manusia kelas bawah
dan lain sebagainya merobek tradisi klasik terbenam lama.
Dari sekian panji-panji
perjuangan mulai bernafas lega, seterusnya dilanjutkan pada penerus perjuangan
berikutnya. dr. I Gede Suma putra panji Nusa Penida telah membuktikan semua
orang yang masih berpikiran menyesakan hati. Terlahir dan besar di Nusa Penida
tepatnya Banjar Seming, Desa Ped keadaan menempa semangat terus dikobarkan
hingga tepuk tangan sumringah. Kuliah Fakultas Kedokteran Unud bersaing dengan
berbagai putra terbaik pelosok negeri bermodal semangat dari membebaskan
terbelenggu "kutukan klasik".
Bumi tandus dan berbatu memanggil
dirinya melanjutkan pengabdian. Senang bercampur haru begitu yang dirasakan
Suma. (*)
0 comments:
Post a Comment