pic. Wayan Muliana
Mentari terbangun dari tidur malamnya beranjak menyinari
semesta. Pamrih tidak ada dalam pikiranya, tidak kenal orang baik, jahat,
penipu tetap memberikan kasih tanpa membedakan status sosial. Bergegas pencari
kehidupan melakukan aktifitas, doa-doa berbunyi seperti klakhson memohon
kelimpahan keberuntungan. Engkaulah nyawa menghidupi keluarga kecil dirumah.
Derung-derung mesin bersliweran ombok-ombak menyambut kedatangan
pencari kehidupan. Riang, bercanda ombak-ombak
bercumbu dengan asyiknya tanpa mengawali dan mengakhiri. Kadang-kadang mereka
ribut penyebabnya tidak pasti.
Bocah tak kuasa meninggalkan
pulau yang telah memberikan arti sebuah kerinduan mendalam. Berkedip mata
rasanya susah benggong melonggo melihat keagungan Tuhan. Berlari kencang
sedikit menjauh dialog ombak makin terasa gaduh tapi ujungnya mesra. Bocah
enggan beranjak dari tempat duduknya. Ayahnya memanggil tidak diiraukan.
Berpendirian teguh masih saja sulit meninggalkan pulau penuh cerita menarik.
Sehari tidak cukup bermain-main dengan alammu. Pikiran bocah masih teringat
bermain kemarin sore. Sulit rasanya. Hitungan menit speed boat meranjak kaki
sampai ketujuan.
0 comments:
Post a Comment