Bagiayasa
Anak pantai mudah dikenali, kulitnya merah terbakar jadi
cirinya. Bukan sekedar gagah-gagahan tapi sudah menyatu dengan pantai.
Ditakdirkan sebagai seorang anak pantai seharian bermain di pantai yang mereka
tau sunrise dan sunset. Berenang, bermain pasir menyelam tingkah laku wajib.
Pantai tempat bercumbu membebaskan diri dari pergolakan hidup karena hidup
olehnya. Tak salah mereka habiskan waktu antara cinta, dirinya dan pantai. Cinta keduanya saling merindukan satu sama lain
seperti cerita film romantis.
Meninggalkanmu sehari hati ini
terasa rapuh, terbelah hingga tersayat berkeping-keping layaknya burung tanpa
sayap. Itu ekpresi mereka anak pantai. Tak kuat LDR. Pokoknya dia dan pantai
hatinya tidak bisa berpaling kelain hati. Berkencang pelampiasan gejolak emosi
menyelami keindahan tapi kadang-kadang arus menolak dilihat. Pahit getir sudah
dilalui mengarungi samudra.
Wayan Bagiayasa, anak pantai asal
Lembongan menjalani hidup sebagai seorang anak pantai. Lahir dan dibesarkan
oleh pantai, pertaruhan hidup bergantung pada pantai. Sebagai pemandu diving
asam garam terlewatkan terangkum dalam riwayat hidup. Cintalah yang mengalahkan
ketakutan berhadapan dengan gelombang dan kencang arus laut. Hidup adalah
perjuangan, pertualangan tak salah Bagiayasa tetap tersenyum menjalani profesi
sebagai pemandu diving.
" Menjelajahi keindahan
pantai,coral serta biota laut rasa bangga, jumawa ketika tamu yang diantar
merasa takjud melihat lebih dekat, " kata Bagiyasa yang bekerja di World
Diving Lembongan.
Karakter tamu berbeda-beda cara
penyampian menyesuaikan. Kelembutan memberikan informasi sedetail mungkin agar
paham dan bahaya saat menyelam. Situasi cepat berubah. Merajut asa mengumpulkan
pundi-pundi demi kelangsungan hidup, sela-sela rehat dia mengekpresikan diri
menulis. Artikel-artikel pantai dan keindahan biota laut. Menterjemahkan dalam
tulisan share kepada halayak pengguna dunia "niskala" sosial media.
Pikiran liar mengalir goresan kata-kata terangkai walaupun sedikit bersaing
dengan penulis dalam lubuk hati Bagiayasa. (*)
0 comments:
Post a Comment