Pak Dika pengerajin udeng kreasi (foto/sjd)
PED,
udeng tidak asing lagi bagi masyarakat Bali. Aksesoris ini biasanya melengkapi
saat melakukan sembahyang. Udeng atau destar menunjang penampilan bagi kaum
pria Bali. Perkembangan udeng mengalami perubahan dan mode namun tetap sesuai
dengan pakem.
"
Udeng menjadi mode diera sekarang saat bersembahyang. Udeng simple dan siap
dipakai jadi pilihan sekarang, " ujar pengerajin udeng Pak Dika saat
ditemui di tokonya di depan Pura Pentaran Ped.
Dia
menjelaskan tren sekarang yang disukai para pria langsung jadi dengan kuncupnya
batik atau kain lainya. Tapi, putih polos banyak disukai pria yang sudah
berumur. Sementara motif lain seperti warna batik, hitam dan lainya Pak Dika
juga membuat. Pakai udeng tidak hanya bersembahyang, kegiatan adat udeng jadi
aksesoris jadi diri.
Saat
ditanya menekuni usaha ini, Pak Dika hobby motor vespa ini menjawab sudah lama
menekuni hampir delapan tahun. Awalnya coba-coba, tanggapan pasar menggairahkan
dan keterusan hingga sekarang.
Berbagai
motif udeng hasil kreasi sendiri, dengan kisaran harga 35 ribu hingga 250 ribu
sesuai dengan bahan yang digunakan. Ukuran bukan masalah, karena pelanggan
langsung mengukur menunggu 15 menit udeng beres.
"
Bangga bila udeng yang dipakai pelanggan merasa puas dengan kreasi saya, "
terang Pria asal Biaung, Desa Ped.
Oleh
; Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment