budidaya jeruk sudah dilakukan sejak 25 tahun di Nusa Penida (foto/dekhendra)
Sebagai daerah dengan curah hujan yang minim, Nusa Penida dikenal sebagai pulau yang gersang dan tandus. Keringnya Nusa Penida ditandai dengan tumbuh-tumbuhan yang dapat berkembang adalah tanaman beradapatasi didaerah kering. Terlebih tingkat erosi di Nusa Penida cukup tinggi.
Ini dikarenakan minimnya pohon besar yang menahan humus. Apalagi topogrofi Nusa Penida dengan tingkat kemiringan curam, banyak humus tergerus dibawa air bah ke laut. Sehingga ini pula menyebabkan tanah di Nusa Penida tipis dan disebut batu bertanah. Artinya bebatuan kapur yang tipis dilapisi tanah.
Tapi anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Karena Nusa Penida dulunya sebagai penghasil Padi Gaga. Hal itu juga dimentahkan oleh bisa tumbuhnya tanaman yang biasa hidup didaerah subur dengan curah hujan tinggi.
Tanaman yang dimaksud adalah jeruk. Jeruk dapat tumbuh dengan baik di Nusa Penida tepatnya di Desa Batumadeg. Bahkan masyarakat Batumadeg telah membudidayakan jeruk sudah 25 tahun.
Penyebab jeruk berkembang dengan baik di Batumadeg karena Desa Batumadeg dan sekitar terletak diketinggian 500 meter dari permukaan laut, sehingga berhawa sejuk. Secara teori setiap kenaikan 100 meter suhu turun 0.6 derajat. Sehingga suhu di Batumadeg 3 derajat lebih dingin dari pesisir Nusa Penida yang kisaran suhu 27 derajat celsius.
" Masyarakat Batumadeg telah membudidayakan jeruk 25 tahun. Areal tanaman jeruk lebih dari 5 Hektar. Ada sekitar 40 warga menanam jeruk disini, terang I Kadek Yuni Suhendra, salah seorang warga Batumadeg Selasa, (23/6/2015.
Ketika ditanya bagaiamana rasanya, Suhendra mengatakan rasanya sangat gurih dan manis walaupun buahnya relatif lebih kecil.
" Biasanya per Kg dijual Rp. 7000,- kepada pengepul. Panennya sekali setiap tahun. Harapannya kepada pemerintah agar ada bantuan bibit jeruk yang unggul dan dibantu pemasaran mengingat kini sebagai tujuan wisata, ujar Hendra yang juga seorang guru SD Negeri 2 Sakti ini.
Petani jeruk Jero Mangku Kadek Santia , Kalau tiang baru mulai menanam jeruk lima tahun lalu tetapi rekan-rekan petani lain sudah mulai sekitar tujuh bahkan sepuluh tahun lalu,” terang petani jeruk.
“ Produksi jeruknya cukup bagus dengan rata-rata 10 kilogram per pohon. Untuk harga berada di kisaran Rp 7.500 hingga Rp 8.000 per kilo dan kita tidak susah menjual karena ada pengepul yang langsung datang ke kebun,” imbuh Mangku Kadek.
Selama ini hampir seluruh hasil panen jeruk petani bisa terserap sepenuhnya di pasaran.
Salah satu pengepul, Ni Made Selim mengakui peluang pemasaran jeruk sangat terbuka terutama untuk pasar lokal dan mensuplai kebutuhan buah daerah wisata Lembongan dan Jungut Batu.
“ Buah yang dibeli dari petani langsung tiang kirim ke Pasar Mentigi terutama pas rainan ( hari raya, red ) untuk masyarakat lokal selebihnya dikirim ke wilayah Lembongan dan Jungut Batu. Untuk sekali angkut biasanya saya kirim 60 hingga 80 kilo,” paparnya.
Oleh : Santana Ja Dewa/yansu/npm
0 comments:
Post a Comment