ngaben masal ngusung bade di laut, Desa Pakraman Batumulapan (foto/sjd)
BATUNUNGGUL, Ngarak bade di laut sangat ditunggu warga hingga fotografer membidik momen langka yang dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali. Warga berbondong-bondong datang menyaksikan atraksi budaya yang jarang dijumpai, upacara ngaben yang digelar pesemetonan Ida Dukuh Segening, Banjar Batumupan kauh, Desa Pakraman Batumulapan sudah tradisi secara turun temurun ngarak bade di laut.
" ya sudah menjadi tradisi setiap ngaben ngarak di lakukan dilaut. Kali ini diikuti sebanyak 69 sawa semua krama dikenakan urunan 2 juta dari 300 KK baik yang berada perantuan Denpasar, Sumatra dan Sumbawa. Hasil paruman sebelum ngaben menyepakati urunan dilakukan secara bersama guna menekan biaya yang dikuarkan menekan pemborosan," kata Ketua Panitia I Ketut Manta saat ditemui, Jumat (12/8).
Sebuah bade diusung bersama dua singa berwarna putih dari sebelah barat balai Desa Pakraman menuju setra berlokasi 200 meter. Terik matahari tidak menjadi halangan semangat mengusung bade hingga basah berkubangan dengan air laut. Gejolak semangat mengikuti alunan gamelan bahkan ada beberapa mengalami kerahuan " trance ". Puluhan fotografer larut suasana ngarak bade saking seru berjibaku mengambil gambar celana basah tak terhindarkan. Kejar mengajar, berlarian membidik momen yang tak terlewat satu sama sekali. Gamelan tempo tinggi warga yang menyaksikan ikut berteriak memberikan semangat.
Menurut Bendesa Desa Pakraman Batumulapan Agus Gede Wahyudi menjelaskan pelaksanaan upacara dilakukan secara bersama menekan biaya sekaligus membangkitkan kebersamaan antar warga. Terkait ngarak bade di laut, Agus menjelaskan letak setra di bibir pantai menjadi pertimbangan leluhur kami mengingat tempat lapang tidak ada. Disamping itu, mengusung bade di laut lebih meluasa dan adem. Mengenai pasang surut sesuai dengan perputaran bulan penuh dan purnama.
Salah satu fotografer jauh datang dari Malang, Jawa Timur hanya menyaksikan ngaben ngarak bade di laut. Mus Takim penasaran ngaben yang berbeda dari biasanya. " Pokoknya unik, klasik, dari segu mata lensa sangat bagus perpaduan alam dan budaya," cetus Mus Takim. (*)
" ya sudah menjadi tradisi setiap ngaben ngarak di lakukan dilaut. Kali ini diikuti sebanyak 69 sawa semua krama dikenakan urunan 2 juta dari 300 KK baik yang berada perantuan Denpasar, Sumatra dan Sumbawa. Hasil paruman sebelum ngaben menyepakati urunan dilakukan secara bersama guna menekan biaya yang dikuarkan menekan pemborosan," kata Ketua Panitia I Ketut Manta saat ditemui, Jumat (12/8).
Sebuah bade diusung bersama dua singa berwarna putih dari sebelah barat balai Desa Pakraman menuju setra berlokasi 200 meter. Terik matahari tidak menjadi halangan semangat mengusung bade hingga basah berkubangan dengan air laut. Gejolak semangat mengikuti alunan gamelan bahkan ada beberapa mengalami kerahuan " trance ". Puluhan fotografer larut suasana ngarak bade saking seru berjibaku mengambil gambar celana basah tak terhindarkan. Kejar mengajar, berlarian membidik momen yang tak terlewat satu sama sekali. Gamelan tempo tinggi warga yang menyaksikan ikut berteriak memberikan semangat.
Menurut Bendesa Desa Pakraman Batumulapan Agus Gede Wahyudi menjelaskan pelaksanaan upacara dilakukan secara bersama menekan biaya sekaligus membangkitkan kebersamaan antar warga. Terkait ngarak bade di laut, Agus menjelaskan letak setra di bibir pantai menjadi pertimbangan leluhur kami mengingat tempat lapang tidak ada. Disamping itu, mengusung bade di laut lebih meluasa dan adem. Mengenai pasang surut sesuai dengan perputaran bulan penuh dan purnama.
Salah satu fotografer jauh datang dari Malang, Jawa Timur hanya menyaksikan ngaben ngarak bade di laut. Mus Takim penasaran ngaben yang berbeda dari biasanya. " Pokoknya unik, klasik, dari segu mata lensa sangat bagus perpaduan alam dan budaya," cetus Mus Takim. (*)
0 comments:
Post a Comment