lukisan "Rapuh "karya Gde Ngurah Panji (foto/san)
BADUNG, Perupa muda yang berkecimpung berkesenian mulai muncul menapakan karyanya. Biasnya yang muda lebih agresif dalam menuangkan imajinasi secara berkelanjutan, karekterlistik nampak pada setiap hasil karya yang dihasilkan, yakni memainkan dua unsur pigmen warna primer, yakni hitam dan putih.
Perupa muda Gde Ngurah Panji, selain memainkan dua unsur warna tersebut, memiliki ciri khas dan detail yang rumit. Nampak dalam setiap karyanya ada perpaduan harmonis antara gaya tradisi dengan kontemporer sehingga memunculkan daya estetika yang tinggi.
Dalam karyanya, ia mampu menorehkan garis yang tegas dan berkarakter dengan tekanan gelap terang anatomi yang lembut dan keras pada setiap objek, sehingga menimbulkan pemanipulasian cahaya latar belakang yang dramatis dengan memasukan sentuhan ornament rumit dan detail disertai teknik golden ratio dalam pengaturan komposisi.
Semuanya itu terbungkus dalam dimensi sederhana hitam dan putih. Sehingga terciptalah karya yang dinamis, elegan dengan pencintraan ornament dan warna klasik yang masih terkait dengan efek gaya lukis tradisioanl Bali.
" alam adalah selayaknya sosok ibu yang memberikan kehidupan bagi semua entitas kehidupan. Sebatang pohon yang menyerupai citra ibu yang memberikan susu kehidupan merupakan simbologi purba yang identik dengan penghidupan dan kesuburan. Simbol-simbol purba inilah yang hendak dibangkitkan kembali melalui ruang estetik, mengingat manusia postmo telah begitu lama mengkesampingkan keseimbangan ekologis," kata perupa asal mengwi, Badung.
Panji menambahkan demi memuaskan hasrat lahiriah yang semu, alam telah diperkosa dan dieksploitasi secara membabi buta. Sehingga sangat tepat pesan dalam karya ini, bahwa alam sudah "rapuh". Rapuh karena keakuan manusia menjadikan alam sebagai objek pemuas diri yang akut. Karya seni ini akan kembali membuka kesadaran manusia tentang keberlimpahan alam.
Kiprah Panji berkesenian sudah menyentuh internasional karyanya selama ini telah dipamerkan di Gagosian Gallery Los Anggeles, Amerika.(*san)
Semuanya itu terbungkus dalam dimensi sederhana hitam dan putih. Sehingga terciptalah karya yang dinamis, elegan dengan pencintraan ornament dan warna klasik yang masih terkait dengan efek gaya lukis tradisioanl Bali.
" alam adalah selayaknya sosok ibu yang memberikan kehidupan bagi semua entitas kehidupan. Sebatang pohon yang menyerupai citra ibu yang memberikan susu kehidupan merupakan simbologi purba yang identik dengan penghidupan dan kesuburan. Simbol-simbol purba inilah yang hendak dibangkitkan kembali melalui ruang estetik, mengingat manusia postmo telah begitu lama mengkesampingkan keseimbangan ekologis," kata perupa asal mengwi, Badung.
Panji menambahkan demi memuaskan hasrat lahiriah yang semu, alam telah diperkosa dan dieksploitasi secara membabi buta. Sehingga sangat tepat pesan dalam karya ini, bahwa alam sudah "rapuh". Rapuh karena keakuan manusia menjadikan alam sebagai objek pemuas diri yang akut. Karya seni ini akan kembali membuka kesadaran manusia tentang keberlimpahan alam.
Kiprah Panji berkesenian sudah menyentuh internasional karyanya selama ini telah dipamerkan di Gagosian Gallery Los Anggeles, Amerika.(*san)
0 comments:
Post a Comment