Aci Sang Hyang Grodok, Desa Pakramn Lembongan (foto/suar)
LEMBONGAN, Peran alam bagi kehidupan semesta rela setulus memberikan sumbangsih tanpa pamrih. Apalagi daerah pesisir tidak terhitung lagi tapi ekploitasi menyiksa, memperkosa berlebihan tanpa ampun menikmati kenikmatan. Daerah kepulauan menghias diri menapak jaman mengejar ketertinggalan, Nusa Lembongan lebih dulu berkelimpangan pariwisata. Gempuran pariwisata tradisi tetap berdiri di atas budaya modern masuk. Tari Sang Hyang Grodog adalah salah satu tradisi yang masih ajeg hingga sekarang, atraksi budaya ini dipentaskan setiap pinanggal Tilem Sasih Karo.
Aci Sang Hyang Grodog tidak lumbrah pada umumnya di Bali, perbedaannya Sang Hyang Grodog yang sacral ini bukan berhenti hanya berupa tarian melainkan paduan sempurna antara irama gending ( nyanyian, audio, suara/bunyi ), rupa ( wujud, bentuk, visual ) dan agem ( gerak, kinetic ). Jumlahnyapun bukan hanya satu atau dua tetapi sekaligus ada 23 jenis Sang Hyang, yang kemudian dipersembahkan sebagai aci sacral di desa Pakraman Lembongan selama 11 hari berturut-turut mulai pinanggal ke -7 sasih karo (bulan Juli – Agustus ) kali ini belangsung dari tanggal 9 -21Agustus.
Menurut Panitia I Wayan Suarbawa saat dikomfirmasi, Minggu (14/8) menyampaikan Tari Sang Hyang Grodog di Desa Pakraman Lembongan yang lazim disebut Sang Hyang Perahu pernah berkembang dan membudaya juga memiliki fungsi ritual magis Penolak bala, Wabah penyakit terjangkit, Wabah penyakit ternak ( grubug) hewan peliharaan seperti sapi, babi dan ayam.
Sarana memohon hujan jika terlambat atau terlalu lama terjadi musim paceklik.
Selain itu, Suarbawa fungsi ritual magis Sang Hyang grodog juga didalamnya terkandung nilai budaya yang adi luhung di dalam ke 23 (dua puluh tiga) jenis Sang Hyang yang tergabung dalam Aci Sang Hyang Grodog seperti nilai simbolis kesuburan, religius, kekrabatan, gotong royong, legenda desa, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam laut, keperkasaan/kekuatan dan keanekaragaman satwa.
Kemurnian alam telah dicemari berbagai kepentingan sangat urgent bagi generasi masa kini maupun masa depan. Sang hyang Grodog merupakan unteng sekaligus puncak pemahaman spiritualitas model penglingsir (tetua) hidup dalam tradisi maritim dengan tetap mencintai , menghargai dan kesantunan pada Tanah Air/Bumi Pertiwi dengan segenap isinya yang disimboliskan dengan 23 jenis Sang Hyang Grodog tersebut. Adapun 23 jenis Sang Hyang Grodog tersebut yaitu Sang Hyang Sampat, Sang Hyang Bumbung, Sang Hyang Penyalin, Sang Hyang Lingga
,Sang Hyang Joged, Sang Hyang Dukuh Ngaba Cicing, Sang Hyang Jaran, Sang Hyang Dukuh Masang Bubu, Sang Hyang Sampi, Sang Hyang Bangu-Bangu, Sang Hyang Kebo, Sang Hyang Tiling-Tiling, Sang Hyang Enjo-Enjo, Sang Hyang Manjangan, Sang Hyang Tutut, Sang Hyang Jangolan Dukuh Ngaba Penyu, Sang Hyang Barong, Sang Hyang Kelor, Sang Hyang Capah,Sang Hyang Perahu, Sang Hyang Sumbul, Sang Hyang Payung & Sang Hyang Bunga.
Hal senada Bendesa Pakraman Lembongan kadek Sukadana, tari Sang hyang Grodok salah satu tarian yang sacral yang dikeramatkan. Kelimpahan hidup yang dinikmati sekarang kemurnian semesta diruwat kembali agar senantiasa memberikan hidup yang lebih berarti lagi.
Sukadan menghimbau bagi pengunjung yang menyaksikan dianjurkan menggunakan pakaian adat Bali agar taksu Sang hyang Grodok terjaga.(*sjd)
0 comments:
Post a Comment