Oleh : Santana Ja Dewa
Mereka duduk-duduk di warung mengawali aktifitas secangkir kopi dan pisang goreng. Hitam pekat paling digemari pecinta kopi, tanpa seruput kopi rasanya ada yang kurang pas berkatifitas. Mereka sama-sama bertutur berita kekinian yang terjadi sambil memandang Gunung Agung dari kejauhan. Nongkrong di warung dekat Pelabuhan Tradisional sering dilakukan. Made, pemuda bertubuh gempal berkaca mata yang membedakan teman nongkrongnya. Ia berdiri mengambil pisang goreng, lalu duduk kembali samping kawannya. Hujan turun rintik-rintik buyarkan situasi obrolan jadi terhenti semua pada kembali tempat kerja masing-masing. Sekembali ruang kerja depan layar tepak mengecek email, sosial media, dan membaca berita online.
foto. ilustrasi
Hujan lebat dalam lamunannya memikirkan seorang gadis pernah ia ketemu beberapa waktu lalu. Ketika itu ia hanya sepintas melihat paras ayu gadis itu. Masih satu kampung dengan Made. Mendapat identitas sosial media sebuah anugrah terindah serasa kumbang dengan bunga. Made gagah berani chat gadis itu.
" hay masih ingat dengan aku," Mede mengawali obrolan dan berharap cepat dibalas.
Gadis itupun cepat menjawab " ya masih ingat bli yang berkaca mata itu kan," sedikit mengingat-ingat.
Rasa senang bukan main Mede membalas " tak kiran sudah lupa," harap-harap cemas.
Panjang lebar bergurau Made singkat cerita berhasil mendapat nomor contact gadis yang bernama Sitara. Senang bukan main Made ibarat menang dalam permainan. Sedikit berhayal suatu saat nanti ia pulang kampung. Komunikasi terus berlanjut sosial media via telephone sepertinya minum pil dalam sehari tiga kali pagi, siang malam berkabar. Tingkah laku Made makin aneh saja gedget diajak senyum-senyum walaupun sering merasakan cinta tetap saja dibikin lupa diri. Beda pemuda lain sebagai seorang kuratorial seni rupa keluh kesa diungkapkan sebuah tulisan apalagi merasakan kembali gelora cinta yang sudah lama tidak dirasakan. Gejolak jiwa Made makin produktif menulis artikel, puisi hingga lainya. Gadis bertubuh tinggi semampai kuliah disebuah Univesitas swasta di Denpasar. Tampilan Made tidak seperti dulu-dulu lebih rapi dari ujung rambut sampai kaki. Dinamika Hidup Made berwarna lebih riang gembira terbawa gelora asmara. Sama seperti pemuda lainnya ketika merasakan cinta pada seorang gadis.
Langit menguning speed boat dari arah barat menuju timur bersandar, penumpang bergegas keluar satu penumpang Sitara muncul menampak wajahnya. Lega perasaan Made biasanya hanya berbincang via telephone kini gadis itu nampak dihadapannya. Sebelum berangkat Sitara mengabarkan kepada Made ia akan pulang kampung. Kewajiban pulang kampung perantuan keharusan sekian lama meninggalkan tanah kelahiran. Berdesakan dengan penumpang lain berebut keluar dari speed boat Sitara menyapa Made.
" udah lama nunggu aku," tanya Sitara sambil membawa sepasang sandal.
Ngga lama sih nunggu cuma sebentar saja," katanya padahal saking senang lebih awal menunggu kedatangan gadis itu. Gadis yang ditunggu dari tadi bergegas naik sepeda motor dibonceng Made rumahnya tidak jauh dari pelabuhan. Sambil berkendara Made bertanya " tadi gimana gelombang bagus ngga " membuka obrolan.
Jawab Sitara dengan santai " lumayan bagus sih gelombangnya ,".
Syukur deh ! Penting sudah sampai tempat tujuan. Tadi bli cemas loe memikirkan kamu," Made Sedikit gombal.
Sitara turun dari kendaraan menyapa orang tua. Made pamitan pulang, besoknya Sitara diajak mengexpolore destinasi wisata yang ada. Treveling kesukaan Sitara saat ada kesempatan selalu diisi dengan berkunjung ke tempat eksotik. Besoknya, Made berdandan rapi mengajak gadis selama ini ada dalam lamunannya. Made sangat beruntung bisa mengajak Sitara berkeliling, tidak ada pikiran lain fokus berkendara meliuk-liuk tikungan sedikit menantang. Made melupakan rutinitas sejenak jarang-jarang bisa bonceng gadis berparas ayu.
Tiga puluh menit lebih perjalanan akhirnya sampai tempat tujuan. Made parkir sepeda motor dengan rapi. Menyusuri jalan setapak menuju pantai eksotik yang tersembuyi. Ketika sampai bisanya yang dilakukan swamfoto lebih kenal selfie. Mata martubasi melihat panorama pantai dikeliling tebing. Hembusan angin menghempas rambut ucapan selamat datang kedua insan anak muda dari pantai esksotik. Perasaan Made tidak karuan sebetulnya ia ingin mengungkapkan gelora asmara pada gadis selama ini kenal. Mencari selah saat tempat mengungkapkan perasaan.
Bibir Made berujar " ada yang aku mau bicara dan ini serius, " tumben Made serius sekali biasa kebanyakan bercanda.
Emang ada apa sih, kok tumben serius," ia padahal sudah tau Made akan mengunkapkan perasaannya.
Tanpa pikir panjang Made bertanya " mau ngga kamu menjadi pedampingku,".
Jawaban yang ditunggupun dinanti Made. Sitara memberikan tanggapan santai " kamu kan penulis gimana aku tantang kamu sayembara membuat sebuah novel,".
Made terkejut ditantang sedemikian rumit baginya. Novel barang baru buat Made tidak sama sekali punya kemampuan berkarya novel. Tantangan ini sangat sulit sekali tidak terbayang sama gadis selama ini dia dambakan memberikan tantangan yang tidak biasa. Kisah asmara Made layaknya cerita Roro Jonggrang. Pelan tapi pasti Made menerima tantangan yang dilayangkan serasa kepala kena dua batoko. Sampai dirumah dibawah langit-langit rumah Made terbayang-bayang sebuah novel. Pergolakan berkecambut dalam lubuk hati Made, siap hari terus berpikir dan berpikir. Selama ini Ia tidak pernah buat novel selain novel sering dibuatnya.
Ia mencoba membuka laptop tapi pikiran tidak karuan mana yang dulu dibuat. Hampir sejam menatap layar selam ini diajak bekerja. Mengawali susah betul, benar tidak atau apa yang harus dilakukan. Berkomunikasi tetap ia lakukan menawar lagi agar tantangan novel diganti dengan artikel atau yang lainya. Sitara tidak mau tau yang jelas dilanjur diutarakan sayembara. Perbincangan sengaja Made belokaan pengalihan sedikit garing dan santai. Berbagai jurus dikeluarkan Made menyakinkan Sitara. Selain dikasi tantangan, ia berkali-kali dan sering mengucapkan bahwa Made betubuh pendek bagi Sitara. Perasaan makin tidak karuan si Made. Ada bagusnya juga Sitara memancing Made berkarya yang tidak pernah ia lakukan.
Made bercerita sahabatnya panjang lebar menceritakan sayembara cinta. Sahabatnya jago sekali bikin novel dan siap membantu sabahat yang lagi gundah. Ekspaktasi diluar dugaan terus berkecampuk kebawa pikiran setiap malam. Terbayang dua masalah satu ditantang buat novel dan dua lagi bertubuh lebih pendek dari si gadis masalah. Seakan-akan menyalahkan diri kenapa kekurangan ini menimpa aku. Tuhan tidak bergeming doa sering diucapakan tiap malam.
(*)
Bersambung .....
0 comments:
Post a Comment