Lembah Menangis Telah Ditinggalkan



Jantung kehidupan berada pada sebuah lembah. Saking besar menebarkan benih kehidupan exploitasi berlebihan tidak terbendung lagi. Penyerapan air dan penyangga terkikis keserakahan manusia menyebabkan bencana terjadi. Perhatian kurang justru bom waktu meledak sewaktu-waktu.

Kegelisahan keberadaan lembah menelisik perupa Dewa Merta Noesa mengoreskan kuas dalam kanvas. Dalam hal ini Dewa Merta lebih fokus tentang alam. Pentingnya keberadaan lembah bagi kehidupan manusia satu sisi dijamah kepentingan profit ketimbang dampak sosial yang ditimbulkan.
Lahan hijau nan asri berubah fungsi demi kepentingan personal. Bila ditelusuri lebih dalam lagi banyak prilaku warga lembah dijadikan tempat pembuangan sampah serta dimanfaatkan lain lagi. Entah sampai kapan kesadaran seperti itu bisa dibrangus. Ketika bencana terjadi ungkapan, kritikan menyasar bersliweran tanpa henti saling menyalahkan.

Dewa Merta karyanya lebih menekankan kepedulian kepada lingkungan terutama lembah. Ketulusan memberikan penghidupan bagi umat manusia tanpa dibayar sepeserpun lembah rela demi keberlangsung kehidupan, tapi nyatannya manusialah yang menikmati nikmat tidak ketulungan menghabisi secara tamak dan serakah.

Lembah juga sebagai tempat bermain paling asyik yang menyenangkan tanpa keluar uang. Ceria anak-anak tanpa beban asyik bermain dengan alam. Sekarang malah terbalik lembah ditinggalkan sepihak. Kerinduan lembah kecerian anak-anak sulit dijumpai pada era sekarang dimana bermain di lembah sudah digantikan dengan permainan lebih menyenangkan. Kalau boleh diutarakan lembah merasa menangis tersendu-sendu. (*sjd)
Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.