Esai : Kesejukan Kritik Mural

mural karya siswa SMA N I Nusa Penida (foto/sjd)


MIRING - tanggapan ketika seni mural menghiasi tembok jalanan, alhasil sampai sekarang seni lukis jalanan ini tidak mendapat tempat dan perhatian. Miris memang. Jika disimak dengan hati paling dalam mural salah satu ungkapan celetukan gejolak emosi yang dituangkan dalam sebuah karya seni lukis berwarna-warni menghiasi tembok. Sering dianggap sebagai perusak fasilitas umum dan tidak sedap dipandang kalangan orang lebih parah dianggap sebagai perbuatan tidak baik cenderung ke kriminalitas. Tidak salah pandangan selalu mengarah tidak sedap mengenai mural itu sendiri sehingga tabu untuk dilakukan. Semakin ditekan perlawanan terus bergelora semakin masif mural tumbuh bak jamur musim hujan terus menjadi simbol perlawanan ketidakadilan sosial di masyarakat. Pelukis mural kerap jadi hantu mengexpresikan aksinya. Sebetulnya kalau mural ditempatkan yang baik tentu menghiasi berbagai corak warna menghiasi jalan. Ketidakpastian mendapat ruang ekpresi timbul aksi yang tidak terarah. Tembok persimpangan jalan kota-kota pelampiasan mural.

Begitu juga daerah kepulauan Nusa Penida yang jauh hiruk-pikuk gemerlap kota. Mural sesuatu hal asing bahkan sulit mendapatkan tempat. Layaknya gerakan sparatis problema besar. Celetupan seni anak-anak muda kian khususnya mural tidak berkembang sama sekali. Menyakinkan sulit dinyakini kembali lagi soal tabu. Tidak mudah. Proses kreatif beransur-ansur dipercayai, sekolah jadi wadah berkreasi mural. Tembok adalah kanvas buat mereka dilukis. Rasa senang bercampur haru para siswa sekalian lama dari pertama kali sekolah dibangun baru kali ini mural diperbolehkan.

Alhasil, kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik mungkin membuat karya tetap sesuai kolidor tema yang diusung festival beberapa waktu lalu. Berbagai aspek perspektif digali tentang bagaimana menterjemahkan tema festival jadi mural. Goresan kuas membasuh tembok berbagai corak warna. Keindahan karya Sang Maha Tunggal betul-betul dijaga bersama demi keberlangsungan kedepan. Panorama yang indah belum cukup tanpa peran semua lapisan menjaga keindahan yang dikarunia pulau yang terpisah selat Badung.

Mural tidak sekedar lukisan iseng belaka, ada makna mendalam dihasilkan pelajar. Multiefek pariwisata Nusa Penida kalau tidak disikapi dengan bijak timbul perselisihan. Tidak semua menginkan hal itu sampai terjadi. Mulai dari sekarang tersentuh diawali dengan rohani. Jika tidak Nusa Penida akan jadi kenangan manis. Bangkit bersama ekpresikan diri masing-masing sesuai dengan kemampuan diri. Jangan malah malas, iri dan tidak mau kerja keras.



Bagaimana mural itu

Tidak ada peraturan khusus untuk menggambar mural, oleh karena itu beberapa pendapat menjelaskan bahwa mural termasuk seni kontemporer dan termasuk salah satu pemberi rangsangan terhadap budaya popular. Seperti halnya yang dijelaskan di situs murals.demolliart.com, mural adalah seni lukis yang langsung di gambar di tembok. Kata mural sendiri berasal dari bahasa latin – Murus, yang berarti tembok atau dinding.

Penjelasan tersebut juga didukung oleh situs wisegeek.com, dalam situs ini, dijelaskan bahwa mural sebagai seni lukis tidak hanya dilakukan di tembok, bahkan di lantai, kaca atau cermin, dan langit-langit. Pada umumnya, mural mempunyai faktor eye catching yang berarti memfokuskan pandangan terhadap satu objek. Hal ini dikarenakan karena warna dari mural yang sangat bervariasi sehingga salah satu tujuan mural dibuat adalah untuk memperindah bangunan.

Mural adalah seni kuno. Hal ini dijelaskan oleh situs Britannica.com yang menyebutkan bahwa seni mural sudah ada dari jaman dahulu. Situs ensiklopedia Inggris ini juga menjelaskan bahwa mural telah dibuat dari zaman Michaelangelo dan zaman Reinasannce. Mural pada zaman dahulu juga dilakukan diatas tembok. Perbedaan terlihat pada segi tema, tujuan, dan bentuk serta warna jika dibandingkan oleh mural pada zaman ini.

Mural sebagai kritik sosial

Berdasarkan pengaruh dari budaya populer, mural kini mempunyai misi tersendiri. Tujuan seni seperti memperindah bangunan atau sudut-sudut tembok kota telah menjadi tujuan nomer dua. Kembali di situs murals.demolliart.com, dijelaskan bahwa mural mempunyai tujuan tertentu untuk mengkritik kasus dan isu sosial. Kritik sosial dan isu yang beredar di masyarakat luas menjadi tema utama bagi sang pelukis mural untuk menyampaikan saran.

Aspirasi ini juga tidak asal dibuat karena bentuk mural pada zaman ini, khususnya di Jakarta, mempunyai kritik sosial yang kental dengan kepemerintahan. Hwa Young dan John Caruso dari Electronic Magazine of Multicultural Education juga mendukung gagasan sebelumnya bahwa mural dibuat untuk maksud tertentu. Salah satu tujuan mural dibuat adalah untuk membuat masyarakat peduli dan mengerti apa isu dan kritik sosial yang sedang berkembang.

Young dan Caruso juga menjelaskan bahwa kepekaan masyarakat adalah salah satu tujuan utama bagi para pembuat dan pelukis mural. Karena kritik dan isu sosial yang menjadi tema utama mereka dalam menggambar mural.

Dari hal diatas, jelas bahwa mural tidak selalu menjadi hal negatif bahkan hal yang tidak patut di contoh. Banyak kritik sosial bahkan kritik pemerintahan yang akhirnya terangkat melalui lukisan mural. Tidak selalu untuk mengotori sudut tembok kota, kepekaan terhadap isu dan masalah sosial yang berkembang luas di masyarakat telah menjadi tujuan utama bagi para pelukisnya.

Wadah Expresi Pelajar

Mural bila dikelola baik akan berdampak pada jiwa seni pelajar. Salah satu perangsang jiwa mereka menginplementasikan aura seni sesuai dengan pakem sebagai pelajar. Melampiaskan pergolakan diri mereka adalah paling berharga jika hasil seni mural mendapat tempat. Hal ini angin segar dan positif buat mereka terutama perkembangan seni. Merasa dihargai, diperhatikan serta tersentuh jiwa seni pelajar berkesenian lebih baik lagi. Pelajaran penting untuk kedepan dan seterusnya bahwa seni mural tidak selamanya tabu dan miring. Salah satu jawaban besar selama puluhan tahun tidak mesti harus takut melukis mural dipandang sebelah mata. Sepasang mata akan merasa sejuk melihat karya mereka.(*)


Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.