" Segi Tiga Emas " Sebuah Harapan Anak Pulau




Kemolekan sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara Bali menyimpan "kemegahan" potensi, ibaratnya seorang gadis desa yang menawan memikat para lelaki. Memang pulau ini terlihat tandus tatkala musim kemarau, sepanjang mata memandang dari laut kecoklatan warna yang mencolok mata. Jika kita menelisik kedalam, kemegahan alamnya tak bisa diragukan. Lukisan semesta sedemikian rupa membentang dari ujung barat dan timur. Seperti tempat yang sekarang menjadi incaran para istragmmebel berswamfoto berlatar belakang kalaborasi laut, bukit dan karang. Tempat tersebut adalah Angel Billabong, Pasih Uug, Crystalbay, Atuh serta tempat lainnya yang masih menunggu dirinya untuk dilirik. Penorama alam bawah laut lebih dulu dikenal, ikan mola-mola iconnya disamping terumbu karang yang siap diajak bercengkrama. Warga jumawa menyambut siap saja yang datang menikmati sebuah keagungan lukisan alam. Rasa penasaran akan sebuah pulau kecil berkecambuk dan penasaran bagi penikmatnya silih berganti datang. Metamorfosa pulau yang cadas dan keras ini merubah tatanan hidup warganya. Alam membentuk manusia yang berdiam melakukan perubahan sesuai dengan kondisi saat ini, dimana pariwisata sekarang menggeliat ditanah Dukuh Jumpungan. Guratan alam adalah pasarnya. Tatanan hidup sedikit ada kemajuan dalam hal ekonomi walaupun yang belum bisa menangkap peluang kue pariwisata tetap saja masih setia dengan profesinya baik petani ladang, buruh dan lainya.

Daya dukung infrastruktur mental masalah prinsip ditengah pergolakan pariwisata yang sedang hangat. Kepribadian masalah pokok dalam hal memberikan yang terbaik dan melayani sepenuh hati begitu sebaliknya mereka yang datang. Begitu banyak yang datang tidak merta mereka dengan hati yang lembut. Dinamika inilah bumbu kita menyikapi sebuah perkembangan pariwisata.

Setiap perkembangan selau berdampingan dampak yang ditimbulkan, sejauh mana kita menyimaknya. Perubahan mungkin saat masih stagnan dalam hal kepribadian anak pulau. Larut boleh, tetap sesuai tatanan sosial anak pulau yang penuh senyum. Dampak lainya mungkin lebih jelas terlihat tatanan bukit atau lokal menyebutnya bataran mulai merasakan kecewa. Bataran yang rapi membentuk barisan benteng berundak diratakan disambut sebuah hunian. Warisan tersebut tetap berdiri dengan gagah ditengah kepungan hutan rumah. Itupun kalau bisa dikalaborasikan.

Segi Tiga Emas

Ketiga pulau yakni Nusa Lembongan, Ceningan dan Nusa Penida secara administrarif masuk wilayah Kabupaten Klungkung. Satunya kabupaten di Bali yang mempunyai daerah kepulauan dan satu kecamatan mewilayahi tiga pulau. Pintu masuk menuju Nusa Penida dan sebaliknya pelabuhan tersebar beberap titik, inilah sumber permasalahannya nanti. Lambat waktu, pergolakan pasti timbul baik dari segi kriminalisasi, kerusakan alam serta lainya. Pemkab sendiri sudah menyadari hal itu, perencanaan pelabuhan segi tiga emas sebuah jawaban. Sesuai progres dua titik berada di Nusa Penida, satu untuk Nusa Gede dan Lembongan & Ceningan satu titik sementara di Klungkung daratan berpusat di Persinggahan. Konektifitas merangkai Klungkung dan Bali melancarakan pemerataan pembangunan memecah "telur emas Bali " sebutan lama yang dilontarkan oleh mantan Gubernur Bali Dewa Beratha tujuan utama. Sebutan tersebut sudah lama menggema, sekarang perlahan tapi pasti telus emas Bali pecah.

Membahas segi tiga sangat seksi baik ranah spiritual, mistologi kehidupan sosial masyarakat serta lainya. Seperti hal segi tiga emas yang bisa dibilang segara hadir. Begitu juga mistologi segi tiga yang sering menjadi panduan hidup manusia Bali " Tri Hita Karana ", sumber daya manusia muara dari itu. Keharmonisasi alam " palemahan " adalah tatanan alam yang sudah terbentuk sedemikian rupa jangan diusik tatkala perkembangan terjadi, malah alamlah menopang sendi kehidupan. Sementara masalah hubungan manusia " pawongan " dengan sesama titik lemahnya, disaat satu visi, sejiwa ketika pergolakan terjadi karena perubahan itu sendiri problema hangat. Kita diajarkan dibentuk hapalan saja tentang konsep itu, implementasi masih dibibir. Berseteru saling menyalahkan dan posisi paling benar atas konsep-konsep kehidupan. Dampaknya, kita sibuk berdebat kusir tanpa melerai. Apa korelasinya segi tiga emas dengan mistologi tri hita karana ? Berhubungan sangat dekat sedekat semesta dan isinya. Pembangunan sebuah daerah kontennya dalam hal ini adalah kesejukan masyarakat. Keberpihakan kondusif masyarakat ujung tombak, genting sekali masalah ini. Mekritisi sah-sah saja tapi ada perkecualiannya memberikan solusi bukan bisanya ada "kemajuan " tertentu pada akhirnya mengkritisi gelap mata. Ibarat sebauh kapal berlayar ditengah samudra diterjang badai, jika dalam situasi tersebut awak kapal dan penumpang terjalin kekompakan nyaris badai itu bisa berlalu.

Saya merespon situasi tersebut dengan seni kontenporer, bambu yang gagah menantang ombak adalah progres pelabuhan segi tiga emas proses awal uji kelayakan. Demontrasi ini menginformasikan publik pembangunan berada di depan mata. Dalam medium seni mudah sekali mengshare hal ini. Keraguan persepsi melihat bambu-bambu di pantai bisa terjawab dengan lugas dan aktual.(*)

Salam SemangArt

Oleh : Santana Ja Dewa
Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.