Ibu Alam Doa Dari Nyalian




Duduk di teras rumah. Mendengarkan kisah letusan gunung agung 1963. Kisah yang sering diceritakan oleh bape (bapak). Ingatan beliau masih tajam mengenang kejadian ketika itu. Konon letusan gunung agung 1963 begitu sangat mendadak. Tetapi, ada tanda-tanda yang jelas dapat dilihat. Konon pra letusan beberapa hari sinar matahari sangat panas menyengat, dan berwana kuning keemasan. Gempa tidak terasa kuat sebelum letusan. Letusan diawali dengan menyemburnya awan hitam menyerupai pohon beringin di puncak gunung. Hingga akhirnya bergemuruh dasyat. Api sangat besar membumbung tinggi dari puncak gunung, dan terus menerus berbunyi "durrr...durrr..". Gempa trenmor pun sangat kuat terus menerus. Awan panas begitu cepat menyapu ke lereng gunung dan arah kaje kangin (timur laut). Gemuruh semburan material vulkanik yang hebat disertai gempa, dan kulkul bulus membuat semua warga Nyalian panik. Padahal desa Nyalian tidak termasuk sona berbahaya. Tetapi, ledakan dan gempa yang dasyat menyebabkan warga menjadi riuh. Saking dasyatnya letusan, konon hujan abu vulkanik menutupi Nyalian dan daerah lainnya di Bali hingga gelap, dan warga menyalakan lampu sentir beberapa hari. Di dalam gelap, warga dapat melihat api menyembur demikian hebatnya. Sebab dari Nyalian, gunung Agung terlihat sangat jelas. Banyak warga berguman "Ratu Betara....digelis memargi..icen panjake keselametan".

Lalu, didengarlah kabar Ida Dalem (putra raja Klungkung yang sewaktu perang puputan kakinya ditembak Belanda) mengunjungi Besakih tepatnya Padma Tiga. Padma Tiga tidak roboh meskipun gempa sangat dasyat kala itu. Padma Tiga hanya bergoyang, dan jika roboh maka hancurlah Balipulina. Batara Dalem konon pergi dengan rombongan naik mobil jeep tanpa atap. Anehnya, hujan batu material vulkanik satupun tak mengenai beliau. Batu hanya jatuh disamping beliau, dan hujan abu tak mengotori badan dan pakaian beliau secuilpun. Sampailah rombongan dengan selamat. Di depan Pelinggih Padma Tiga sang raja bersujud dengan doa : "Mbok (sebutan kakak perempuan di Bali) tyang mapinunas..uwusan amenikian...dwaning sampun akeh panjak mbok seda...sira jagi nyungsung diriki".

Setelah itu beliau berpamitan dan menuju daerah lebah tukad unda. Sebab lahar panas dan lahar dingin begitu hebat menerjang. Disertai dengan benda material yang dapat menyapu banjar lebah dan sekitarnya. Belum lagi braya di karangasem akan melewati jembatan tukad unda untuk rarud (mengungsi). Maka bergegaslah beliu ke sana. Singkatnya, sesampai beliau di sana ribuan braya karangasem hendak menyebrang. Sedangkan lahar begitu dasyat menerjang. Beliau pun turun segera dan berujar "Mbok....mereren je malu, niki panjak mbok lan panjak tyang saking krangasem jagi rarud meriki. Uwusan braya panjak sami neked diriki durus memargi malih. Buin ade pengidih tyang kin Mbok...sampunan memargi ke Banjar Lebah dwaning panjak akeh diriki. Durus Mbok memargi dangin tukad...durus." lahar yang semulanya mengalir dasyat berhenti seketika, dan warga Karangasem berhasil menyebrang menyelamatkan diri. Setelah semua menyeberang, lahar mengalir sesuai perintah Ida Dalem. Letusan konon berdampak hebat, semua tumbuhan layu dan mati. Kecuali pohon kelapa yang masih berdaun. Busung lapar pun melanda sehingga muncul istilah "gumi lacur daweg gejore". Demikian kisah itu diceritakan oleh bape.

*********

Terlepas dari benar dan tidaknya kisah tersebut, ada banyak nilai yang dapat diambil. Kedasyatan alam dalam memutar siklus kehidupan. Alam adalah guru. Bencana apapun, baik gunung meletus, gempa, dst merupakan kehendak dan cara alam untuk kita senantiasa memuliakan alam dan menghargainya. Ida Dalem Klungkung adalah reprsentasi dari manusia ngelmu dan berguru pada alam. Gunung Tohlangkir di panggil begitu sangat dekat selayaknya sodara dan Ibu bagi beliau. Bukan pengkultusan, tetapi sebuah cara untuk kita bersahabat, menyatu dan berkomunikasi dengan alam. Tidak dengan cara kerauhan, meramal, tiba-tiba menjadi jero dasaran menerima pesan niskala bahwa gunung sudah kotor, pemedek tidak suci dlsb. Seorang Ibu sangat mengetahui sekali apa yang dibutuhkan anak-anaknya, dan seorang anak yang bandel tentunya seorang Ibu mengetahui cara-cara yang baik untuk mendidik.

Oleh ; I Ketut Sandika
Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.