*Foto Gadis Bungaya (Kaki Gondelan)
Oleh ; I Ketut Sandika
Kecantikan dalam Tantra
identik dengan keindahan (estetik). Menikmatinya sesungguhnya dapat
membangkitkan rasa cinta universal. Cinta yang mengatasi dualitas dan delusi.
Jadi, kecantikan bukan pemantik birahi yang buta kaum pria. Dalam pandangan
Tantra, kecantikan perempuan adalah ekspresi estetik yang dapat menumbuhkan
aspek relegius manusia untuk menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan. Oleh
karena itu, dalam ikonografi Tantra aspek feminim digambarkan sebagai wanita
cantik yang lazim disebut Sakti mewakili energi (power). Maka dari itu, Sakti
dipuja dalam penuh kekhidmatan.
Perempuan dikaruniai
kecantikan fisikal dan infisikal adalah untuk dapat meluapkan rasa individu
(rasasvada) seseorang. Rasa dalam konteks ini sudah tentu diartikan pengalaman
estetik. Dalam artian, menikmati kecantikan dalam ruang indah yang tersusun
atas keteraturan dan paripurna. Sederhananya, menikmati kecantikan, seseorang
dapat mengalami daya mistik (penyatuan), asal melalui pandangan yang benar.
Dengan demikian, kecantikan yang dimiliki perempuan adalah simbolisasi rasa
yang dapat membangkitkan pengalaman etstetik-mistik penikmat. Demikian juga
kecantikan yang dimiliki kaum perempuan merupakan simbolikum kehidupan ideal
yang terbentuk dari keteraturan, kejelasan dan kesempurnaan. Dalam diri
wanitalah terdapat semua katagori ideal tersebut, sehingga dalam Tantra kaum
perempuan selalu dimuliakan.
Berekenaan dengan hal
tersebut, kecantikan yang identik dengan daya estetik merupakan sublimasi
rasasvada (luapan rasa individu) manusia. Luapan rasa ini pada nantinya akan
bertransformasi menuju pada luapan rasa universal (brahmasvada). Luapan rasa
universal ini tidak terikat lagi oleh keadaan partikular, demikian juga
mengatasi dimensi ruang dan waktu, sehingga seseorang yang sudah berada pada
brahmasvada tidak lagi memandang kecantikan itu bersifat material. Tetapi
kecantikan itu sejatinya hanyalah luapan rasa pengalaman estetik universal. Ia
tidak lagi akan memandang kecantikan itu hanya ada pada wanita, dan terletak
pada lekukkan tubuh, lekukkan buah dada, lekukkan wajah dan yang lainnya pada
wanita, akan tetapi kecantikan itu ada pada semua entitas hidup.
Luapan rasa universal
melalui pengalaman estetik yang dirasakan seseorang akan memunculkan bhava
ketuhanan (getaran ketuhanan), sehingga seseorang tidak lagi terkungkung dalam
bingkai pemikiran yang sempit. Bhava ini akan memberikan sentuhan indah pada
batin seseorang untuk ia dapat megalami kontemplasi estetik, dan hal ini akan
memberi pengalaman mistik. Inilah yang dimaksudkan bahwa kecantikan dapat
membangkitkan sisi religius mistik manusia. Kontemplasi estetik terjadi, ketika
perasaan manusia menyatu dengan Brahman yang absolute, dan ego pribadi lebur ke
dalam realitas yang tinggi.
Konsep menikmati
kecantikan dengan rasasvada inilah yang menghilhami kaum Tantrik untuk mereka
memandang kecantikan tidak secara artificial. Bali masa lalu adalah potret
bagaimana perempuan dihormati meskipun kala itu wanita Bali bertelanjang dada.
Kehormatan kaum perempuan ketika itu dimuliakan sebagai objek persenggamaan
mistik rasa dengan Brahman. Bahkan kaum Tantra Kawi Sastra menjadikan
kecantikan tubuh perempuan sebagai objek persengamaan mereka dalam tangga yoga
sastra.
#rahayu
0 comments:
Post a Comment