Mengungkapkan berbagai problema persoalan setidaknya
ada alasan terciptanya sebuah karya dari seorang perupa. Melalui karya seni
merupakan bentuk ungkapan dari kreatornya atas kegelisahan melihat situasi
disekitar. Mulai dari soal kesebirupaan itu sendiri ( formalisme) maupun soal
di luar perkara kesenirupaan. Sehingga muatan karya pun bisa bermacam macam,
muatan disini tak melulu musti dipahami sebagai sesuatu yang "
kontekstual" ataupun " tematik" sebuah muatan bisa juga dimaknai
sebagai sesuatu yang " tekstual" ataupun yang " formalistik"
, pendek kata bentuk dan isi sama sama merupakan sebuah muatan dalam sebuah
karya seni. Dan yang paling esensial diatas semuanya itu, sebuah karya seni
dijiwai oleh sesuatu nilai yang bersifat estetis.
Estetika secara umum dimaknai sebagai suatu nilai
ihwal keindahan. Konsepsi tentang yang " indah" pun pada akhirnya
akan terus mengalami dinamika dalam ruang dan waktunya. Selama ribuan tahun
bentangan sejarah seni rupa , dimulai pada masa sejarah, tradisional, klasik,
modern, hingga postmodern, ihwal tentang yang " indah" ini terus
nenerus mengalami dinamikanya. Demikian pula bagi tiap tiap personal seniman,
persoalan estetis luruh dalam berbagai bentuk ekspresi dan pilihan bahasa
ungkapnya masing masing masing. Contohnya nilai estetis bagi seniman abstrak
tentu tak sama dengan nilai estetis yang ditawarkan oleh seorang seniman
figuratif, dan lain sebagainya. Pendek kata setiap karya memiliki nilai estetis
yang beraneka ragam.
FORESTHETIC, sebagai sebuah judul pameran kurang lebih
beranjak dari pemahaman diatas. Sembilan perupa mengangkat judul tersebut
sebuah bingkai yang mencoba menautkan capaian capaian kreatif para perupa
masing masing. Pemeran bersama yang dilansungkan selama sebulan dibuka 9
September sampai 9 Oktober bertempat Monkey Forest Exhibisitoin room, Ubud,
Gianyar. Semarak pembukaan pemeran tidak hadir dalan pemeran digelar.
Saat dikomfirmasi salah perupa yang berpartisipasi I
Ketut Agus Murdita atau lebih populer Agus Dangap menyampaikan lebih bersahaja
menggelar pemeran tidak semarak dari pameran pada umumnya tanpa ceremony
pembukaan. Sedikit lebih beda. Ia berpendapat ada titik jenuh disini, sehingga
pembukaan sengaja bersahaja.
Karya dari sembilan perupa antara lain I Ketut Agus
Murdita, I Kadek Darma Negara, I Kadek Eko, I Komang Trisno Adi Wirawan, I
Wayan Adi Sucipta, I Wayan Piki Suyersa, I Wayan Suwarita, Lie Ping Ping dan
Tien Hong masing-masing membawa nilai estetisnya. Keanekaragaman ini
dianalogikan layaknya sebuah hutan yang dihuni oleh berbagai jenis organisme.
Sehingga FORESTHETIC dapat dipahami dalam dua persoalan Forest ( hutan) dan
estetic ( keindahan) . FORESTHETIC juga bisa terbaca sebagai For ( untuk) dan
estetic. Utak atik atas judul FORESTHETIC ini bisa mengundang berbagai
interpretasi yang tentu saja menambah lebar dan cairnya apresiasi atas pameran
ini. Demikian juga bagi seniman yang berkarya judul ini adalah sebuah pintu
masuk yang menantang kreatifitas dan sudut pandang personal mereka dalam
menginterpretasi FORESTHETIC ini.*
0 comments:
Post a Comment