Suana Point Keelokan Menikmati Sunrise

Sauna Point (foto/widana)


Bangun dari tidur sang fajar memancarkan cahaya orange paling dinanti. Eksotik cahaya tersebut buruan setiap insan tak terkecuali. Momen sunrise adalah waktu yang tepat menikmati kemegahan karya sang pencipta. Dibalik sudut gunung perlahan muncul menapak cakrawala menyinari semesta. Seisi alam menyambut sumringah akan hadirnya. Burung-burung tak kuasa meluapkan rasa senang, bersiul membentuk paduan suara. Embunpun beranjak pulang. Cahaya yang dipancarkan menembus dinding cakrawala. Elok, memukau kecantikan semesta tanda sang waktu berganti. Aktifitas masyarakat telah dimulai mengais rejeki sambari berdoa mohon keberkahan.

Menikmati keindahan sunrise butuh perjuangan hebat. Pasalnya, bangun pagi adalah tantangan paling berat. Gampang tapi susah. Sepasang mata merasa nyaman memandang, tidak elok rasanya keindahan tidak diabadikan. Banyak orang mengejar dan memburu sunrise tempat kemunculannya. Pantai adalah tempat paling pas melihat dengan seksama sunrise. Nah, Bali banyak menarkawan destinasi sunrise, tempat yang belum maestreams Nusa Penida tempatnya. Suana Point destinasi paling elok menikmati sunrise dari Pelabuhan Roro arah timur berjarak kurang lebih 7 kilometer. Samping kiri jalan depan kantor perbekel Suana disanalah lokasi Suana Point. Instalasi tulisan terbuat dari kayu " Suana Point " hurut O ditengah terdapat ayunan. Tulisan tersebut dengan gagahnya bersanding dengan tanggul pantai. Tidak sekedar tulisan semata, dibawahnya ada moral seni digagas Mahasiswa KKK ISI Denpasar.

Jalur ini satu-satu akes menuju desa bagian timur Nusa Penida sebelum menuju destinasi kawasan Atuh dan Malibu Sunrise akan melewati Suana Point. Jika anda berkunjung ke Nusa Penida sempatkan berhenti sejekan menikmati dan bermain ayunan dengan latar hamparan sawah khas Nusa Penida " Sawang Bulung " ladang rumput laut. Tempat ini istimewa karena dapat melihat dua gunung besar kanan dan kiri yang gagah yakni Gunung Agung dan Renjani, Lombok.

Biasanya tulisan seperti ini bahannya konvesional tapi ditangan Mahasiswa ISI Denpasar melawan egomoni itu. Berbahan kayu lokal, kayu kecil dirakit sedemikian seru. Tangan terampil mereka merakit menjadi karya instalasi seni. Rakitan kayu berbentuk huruf diluluri cat berwana-warni memberikan kesan kepada pelancong yang singgah kecerian tanpa beban sama sekali. Hanya ceria, riang dan meletup-meletup rasa gilang. Bersefia pelampiasan pelancong adalah muaranya.(*sjd)
Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

1 comments:

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.