Dewa Rai Widnyana
Hidup tidak bisa tebak mau jadi nanti ! Mengalir bak seperti air saat menuju muara disitu ketemu passionnya. Begitu ungkapan Dewa Rai Widnyana, sebagai seorang pesiar yang sudah lama jelang 6 tahun. Getir menjalani profesi tersebut dijalankan tulus. Ketika pergolakan terjadi terutama suasana kerja itupun dijalankan mengalir bila dibebankan malah tambah parah. Setia pada profesi menguatkan semangat kerja disamping dukungan keluarga sangat p...enting memberikan doa dan motivasi. Setiap pekerjaan punya resiko, saat itulah cerita jadi menarik. Terpisah dari tanah kelahiran, kerinduan mendalam tidak bisa diukur. Iman dan komitmen adalah peluru saat bekerja.
Rai mengatakan semua pekerjaan mempunyai resiko sendiri tergantung kita gimana caranya mengolah hal tersebut jadi memicu semangat. Anggap aja itu vitamin saat bekerja, " celotehan penghobby fotography.
Godaan saat bekerja sering datang, tapi bagi Rai tetap berpendirian teguh dan ingat bekerja untuk keluarga dan kelangsungan hidup. Mengisi kejenuhan melanda setiap singgah berbagai tempat dirinya melampiaskan hobby fotography. Pesona tempat yang disinggahi sangat menawan tak kuasa dirinya membidik sebagai kenangan. Ia menceritakan waktu masih kecil dirinya diajarkan mepotret oleh ayahnya tapi acuh tak acuh. Sebagai keturunan seni terutama pedalangan yang diturunkan oleh kakeknya, seni tidak begitu lepas ibarat buah tidak mungkin jatuh jauh dari pohonnya kecuali kena angin puting beliung. Sedikit ada gambaran menjalani hobby potography, setelah merantau di Denpasar diperkenalkan temannya, Rai mulai terpesona dunia memopret lebih mendalam.
" On vacation tempat menarik mengabadikan moment selanjutnya sebagai oleh-oleh bagi temen. Setidaknya mepromosikan tempat itu sendiri. Saat pulang ke Bali terutama Nusa Penida pesona keindahan melalui foto menceritakan secara visual kepada teman. Genre yang saya tekuni yakni lanscape sama human interest. Disitu simpati, empati ego terlampiaskan, " cetus pria asal Banjar Geria Tengah, Desa Batununggul dan istri Ni Komang Dami. (*)
Godaan saat bekerja sering datang, tapi bagi Rai tetap berpendirian teguh dan ingat bekerja untuk keluarga dan kelangsungan hidup. Mengisi kejenuhan melanda setiap singgah berbagai tempat dirinya melampiaskan hobby fotography. Pesona tempat yang disinggahi sangat menawan tak kuasa dirinya membidik sebagai kenangan. Ia menceritakan waktu masih kecil dirinya diajarkan mepotret oleh ayahnya tapi acuh tak acuh. Sebagai keturunan seni terutama pedalangan yang diturunkan oleh kakeknya, seni tidak begitu lepas ibarat buah tidak mungkin jatuh jauh dari pohonnya kecuali kena angin puting beliung. Sedikit ada gambaran menjalani hobby potography, setelah merantau di Denpasar diperkenalkan temannya, Rai mulai terpesona dunia memopret lebih mendalam.
" On vacation tempat menarik mengabadikan moment selanjutnya sebagai oleh-oleh bagi temen. Setidaknya mepromosikan tempat itu sendiri. Saat pulang ke Bali terutama Nusa Penida pesona keindahan melalui foto menceritakan secara visual kepada teman. Genre yang saya tekuni yakni lanscape sama human interest. Disitu simpati, empati ego terlampiaskan, " cetus pria asal Banjar Geria Tengah, Desa Batununggul dan istri Ni Komang Dami. (*)
0 comments:
Post a Comment