Melawan Keterbatasan

 I Gede Made Surya Darma

Siapa yang tidak ingin hidup serba digampangkan hanya orang sedikit miring mungkin mau, tinggal tunjuk sana tunjuk sini minta ini minta itu seperti punya doraemon tinggal mungut dikantong ajaib. Keterbatasan sesuatu bencana tapi karena itu bangkit melawan, terbiasa melakukan sesuatu demi menyambung hidup. Tidak mudah. Membayangkan saja sudah nyali diambang jurang. Ketidakmampuan otak mulai cair berkreasi menelurkan menyambung hidup. Hidup tidak sekedar bernafas, berbuat, berinovasi, kreatif berdaya guna untuk diri sendiri dan sekitarnya.

Seperti cerita kepompong, suasana cerah awan-awan menghiasi angkasa matahari menyinari seisi semesta. Kepompong berseri-seri melihat keagungan Tuhan, berlindung dibalik daun bergelayut menempel. Angin sepoi-sepoi terasa seger dirasakan kepompong. Suara alam pertanda lagu bersiulan mengiri kepompong dalam keseharian. Daun tetap setia menjaga kepompong dari cengkraman angin bahkan pemangsa lainya. Sungguh beruntung nasib kepompong. Hidup berkelimpangan zona nyaman, enak tinggal minta. Suatu ketika saat kepompong bertransformasi. Masalah timpul ketika kepompong metamorfosa melihat keindahan alam lebih bebas. Terbelenggu kenyamanan sulit melepas menempel kuat dalam dirinya menjalani keras kehidupan. Pasrah tidak kuat menjalani semua restorika kehidupan sesuatu ketika kepompong berubah jadi kupu-kupu mulai hidupnya kurus dimakan zona nyaman.

***
Keterbatasan sudah sejak kecil dialami perupa I Gede Made Surya Darma. Perupa asal, Senganan, Tabanan lebih dikenal Gede Surya, berkecimpung dunia seni sudah dilakukan saat masih menjadi pelajar. Saat itu, Surya bersekolah dengan hasil goresan tersebut. Keterbasan dan mandirian Surya ternanam besar. Sosok seorang ayah telah mengajarkan arti kehidupan. Bencana datang ketika waktu itu ayah surya mengalami sakit, dirinya sudah memasuki semester 5 ISI Jogjakarta. Syukur operasi jantung ayahnya berjalan lancar, rentan waktu kuliah dirinya terbagi konsentrasi. Memikirkan biaya kuliah dan biaya berobat sosok yang jadi panutan. Pas kebetulan waktu itu tragedi besar menimpa pulau Bali, bom meledak perekonomian berkeping-keping seperti reruntuhan gedung. Kepanikan sana-sani ekonomi terguncang Bali berduka. Semangat ibu Surya memberikan andil besar kembali bangkit dari ketepurukan, berbagi membantu menopang beban seorang ibu. Kuliahpun Surya selanjutnya biaya sendiri. Berkesenian menghasilkan karya berjudul " Big Piercing" dipamerkan di Mesuem Neka Ubud, Gianyar bertajuk Termogram SDI.

Saat itu dirinya ketimpa kebahagian, dimana hasil karya diapresiasi kolektor asal Denmark 13 tahun silam tepat tahun 2003. Tapi orang yang terkasih menjadi guru mengarungi lembah kehidupan berpulang tepat tahun 2009. Sakit yang menggerogoti tidak kuat menahan. Kebetulan Surya berencana pameran ke Jepang, berita duka membuyarkan mimpinya. Takdir berkata lain.
Setiap musibah tentunya dibarengi dengan kemurahan sang pencipta, hari ini Surya didatangi kolektor asal Denmark sudah 13 berlalu bersama istrinya berbaik hati membawa photo lukisan ke rumah, setelah membeli lukisan tersebut di Sidarta Art auction. Kerinduan Surya lamanya dengan lukisan Big Piercing terobati. lukisan itu yang sebelumnya di beli oleh salah satu art colector dari Hongkong. sekarang lukisan tersebut berada di rumah barunya. Semoga budi baik kolektor diberkahi kesehatan lahir dan batin, rejeki yang melimpah serta kebahagiaan lahir batin.
***

Santana Ja Dewa, Pondok Rawa 1-6-2016

Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.