DEWA BARUNA MURKA


 karya I Ketut Teja Astawa (foto/sjd)

Isu lingkungan akhir-akhir ini telah menjadi isu besar dan bomming seantero pulau dewata. Ekosistem laut yang sudah ada malah diobrak-abrak sampai gelap mata tidak peduli dampak yang terjadi. Dewa Baruna marah besar melihat tingkah manusia yang berani dan sombong bahkan ego tanpa permisi. Semaunya. Dewa Baruna murka melihat tingkah manusia diambang kewajaran merusak laut, padahal laut telah memberikan hidup sebagain besar warga pesisir. Laut dari dulu sudah... dijadikan tempat muara bernyadnya. Pertama laut diam tingkah nyeleneh manusia amarah laut makin tidak terkendalikan. Ketika sudah begitu Dewa Baruna tidak memberikan maaf karena tindakan manusia tidak bisa dimaafkan. Padahal kemurahan dan kelembutan dilayangkan tapi toh ngelunjak.

Dimana saat lembut laut memberikan percikan kehidupan bagi yang hidup sekitarnya. Laut bosan marah peringatan SP sudah dilayangkan melalui kode belum juga ngeh atau pura-pura tidak tau saking keenakan menikmati berkelimpangan nikmat. Pengalaman sepatutnya jadi pelajaran hidup karena pengalaman maha guru kehidupan.

Apa mesti lagi dampak lebih besar yang akan ditimbulkan ?. Cukup sudah bintang-bintang dilangit merasa capek menerangi dari kejauhan, biakan saja mereka penuh gelap, gelap dan gelap. Lingkungan laut sangat menginspirasi perupa I Ketut Teja Astawa. Pemeran lukisan dan instalasi di Bentara Budaya Bali yang tergabung group Niti Rupa bertajuk Niti Bumi. Bagaimana menjaga lingkungan terutama laut !

Perspektif Teja melihat laut sudah melimpahkan kehidupan bagi mereka yang hidup didekatnya. Ketulusan hati menerima segala keburukan yang diperbuat manusia masih dimaafkan saking terlalu sering bahkan makin parah. Penguasa lautpun murka. Jangan exploitasi kemolekan laut berlebihan tanpa memikirkan dampak lebih luas. Semestinya menjaga, memberikan nutrisi agar laut lebih indah memberikan sedekah. Hidup tidak sebatas menggeruk keuntungan oleh laut keseimbangan patut pertimbangkan tidak sebatas omongan dan pajangan sebuah ediologi konsep kearifan lokal " Tri Hitakarana ". (*)

‪#‎nitirupa‬
‪#‎nitibumi‬
Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.