Berkesenian adalah hal wajib hukum yang dilakukan perupa sebagai tanggungjawab moral kepada penikmat seni walaupun sekarang pelemahan ekonomi dan pengaruh global. Tertantang berekpresi menelurkan sebauh karya menunjukan eksistensi sebagai perupa. Tentunya tidak mudah. Militan Art mampu menjawab tantangan tersebut terbukti kelompok perupa tidak hanya sekedar wacana dan sekedar muncul. Kerinduan dan kegelihan awalnya obrolan di sosial media setahun lalu membentuk kelompok perupa yang diberi nama Militan Art. Militan sebuah makna yang mendalam, komit, konsisten layaknya sebuah prajurit setia pada negara. Jiwa militan mengakar dalam jiwa perupa yang tergabung didalamnya. Perupa lintas kolomunitas antara lain dari Galang Kangin, Hitam Putih, Sanggar Dewata, dan Ten Art setahun belakangan menggelar pameran di Bentara Budaya bertajuk Ulu Teben. Konsep mengadapsi sebuah filosofi kearifan lokal Bali dimana Ulu direfleksikan sebagai yang luhur atau gunung, serta Teben sesuatu yang berlawanan ataub sebaliknya merajuk pada posisi laut.
Rwa Bhineda mencerminkan sebuah konsep yang bertentangan tapi ada penyatuan atau lebih tepatnya peleburan hubungan semesta dan manusia itu sendiri. Perupa sebanyak 30 terlibat pameran bersama adalah bukti jalinan kebersamaan dalam artian luas. Perupa merespon kebersamaan tetap mendepankan kepribadian masing-masing mewarnai komunitas akan kelihatan indah penuh warna-warni. Keberadaan komunitas Militan Art tidak sebatas perpesktif seni rupa melainkan gempuran arus komunikasi era kekinian mengalami transformasi tersendiri melebur bahkan kemunculannya fenomenal menembus ruang dan waktu. Pakem-pakem baku berjalan mulus turut mengubah egomoni dan tata nilai. Beraktifitas seni secara militan bertnasformasi penciptaan seni jadi tantangan masa kini Militan Art.
Justru sebaliknya teknologi informasi memberikan andil besar menyuguhkan kepada penikmat seni dimana pun berada tau kiprah Militan Art. Tidak berkata gebuh atau muluk-muluk yang akan dijanjikan hanya terpanggil rasa tanggungjawab sebagai perupa roh jiwa adalah berkesenian. Selang setahun Militan Art dibentuk kembali tampil menggelar pameran bersama bertajuk Militan Art#2 For Happiness. Tema yang diusung tidak berat lebih sederhana yang mencerminkan rasa senang atau kenyaman berekpresi dan kenikmatan spiritual kesempurnaan dalam berpikir. Kalau diukur nilai kebahagian tentunya sulit karena bersifat abstrak erat hubungan dengan kejiwaan yang bersangkutan.
Perjuangan pergerakan seni berbasis koordinasi yang dilakukan Militan Art mengembrak marginalitas Bali di peta seni rupa Indonesia masa kini. Perupa malah melintang pemeran berbagai tempat baik negeri sendiri maupun luar negeri seperti I Putu Bonuz Sudiana, Nyoman Sujan Kenyem, Teja Astawa serta perupa junior terlibat dalam pemeran tidak nama besar disini tentunya bersama-sama bagian dari perjuangan perupa Bali dalam ranah kelembagaan melampui geografis Bali mendapat kontribusi lebih berharga terhadap seni rupa Indonesia.
Ide cemerlang dan segar melahirkan sebuah karya menembus cakrawala seni rupa terus digali dan tumbuh dari generasi berikutnya. Spirit Bali menjadi inspirasi perupa maestro yang menginjakan kaki di Bali dan telah lama tinggal di Bali menghasilkan karya-karya hebat.(*)
Oleh : Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment