dukungan warga Bali untuk Ahok (foto/dresthadewa)
Riak-riak pilkada serentak khususnya di DKI Jakarta menjadi acuan para elet politik negeri mengeluarkan jurus paling jitu menjadi yang tersepan dimata masyarakat. Energi, ide segala yang lain bak petarungan dasyat dimedan perang. Satu sisi Ahok adalah lawan sulit ditangklukan dengan berbagai ide yang diluncurkan kepada masyarakat menjadi momok lawan. Strategi pun mulai menyebar sana-sini.
Gaya Ahok ceplas ceplos apa adanya sedekit keras membrangus bila mana tidak ada keberesan yang terjadi langsung berang ditempat. Inilah sebagain orang malah melihat arogan. Tapi itu bagian gaya seorang Ahok membereskan yang sudah lama luka bertahun-tahun. Menyembuhkan luka yang menganga Ahok bergerak cepat secepat laju kereta yang diidamkan saat ini.
Jakarta butuh seorang CEO yang keras dan pemberani membenahi beranda indonesia. Masyarakat sulit diatur penyebabnya,ketidakpuasan itu wajar saja asal tidak 50 %. Cuma yang jadi permasalahkan memimpin daerah dengan mayoritas batu sandungan buat seorang Ahok. Celah inilah satu cara jitu untuk menjatuhkan Ahok, padahal kalau memang memimpin penuh amanah kenapa tidak.
Simpati dan doa deras mengalir tetap medukung walaupun tersandung masalah. Elektabilitasnya tidak terpengaruh hal tersebut, tetap suara dukungan mengalir sangat fonemonal sepanjang sejarah Republik ini ada.
Sekarang justru Ahok dapat apresiasi dari luar DKI Jakarta bahkan luar negeri memberikan apresiasi. Sepak terjang pejabat asal Belitung Timur menjadi-jadi simpati mengalir dimana-mana.
Naluri dalam hati sulit dibantahkan mendukung, walaupun tidak punya KTP DKI Jakarta. Doa tulus menyertai diseberang pulau ratusan kilometer jaraknya. Ketulusan ini bukan tidak mendasar melainkan sebagai bukti bahwa DKI Jakarta masih membutuhkan Ahok melanjutkan pemerintahan 5 tahun kedepan. (*sjd)
Riak-riak pilkada serentak khususnya di DKI Jakarta menjadi acuan para elet politik negeri mengeluarkan jurus paling jitu menjadi yang tersepan dimata masyarakat. Energi, ide segala yang lain bak petarungan dasyat dimedan perang. Satu sisi Ahok adalah lawan sulit ditangklukan dengan berbagai ide yang diluncurkan kepada masyarakat menjadi momok lawan. Strategi pun mulai menyebar sana-sini.
Gaya Ahok ceplas ceplos apa adanya sedekit keras membrangus bila mana tidak ada keberesan yang terjadi langsung berang ditempat. Inilah sebagain orang malah melihat arogan. Tapi itu bagian gaya seorang Ahok membereskan yang sudah lama luka bertahun-tahun. Menyembuhkan luka yang menganga Ahok bergerak cepat secepat laju kereta yang diidamkan saat ini.
Jakarta butuh seorang CEO yang keras dan pemberani membenahi beranda indonesia. Masyarakat sulit diatur penyebabnya,ketidakpuasan itu wajar saja asal tidak 50 %. Cuma yang jadi permasalahkan memimpin daerah dengan mayoritas batu sandungan buat seorang Ahok. Celah inilah satu cara jitu untuk menjatuhkan Ahok, padahal kalau memang memimpin penuh amanah kenapa tidak.
Simpati dan doa deras mengalir tetap medukung walaupun tersandung masalah. Elektabilitasnya tidak terpengaruh hal tersebut, tetap suara dukungan mengalir sangat fonemonal sepanjang sejarah Republik ini ada.
Sekarang justru Ahok dapat apresiasi dari luar DKI Jakarta bahkan luar negeri memberikan apresiasi. Sepak terjang pejabat asal Belitung Timur menjadi-jadi simpati mengalir dimana-mana.
Naluri dalam hati sulit dibantahkan mendukung, walaupun tidak punya KTP DKI Jakarta. Doa tulus menyertai diseberang pulau ratusan kilometer jaraknya. Ketulusan ini bukan tidak mendasar melainkan sebagai bukti bahwa DKI Jakarta masih membutuhkan Ahok melanjutkan pemerintahan 5 tahun kedepan. (*sjd)
0 comments:
Post a Comment