Penulis satu ini dulu sebelum setenar sekarang pernah
kerja bareng salah tempat saya (maaf ngga bisa disebutkan kantornya). Deny
Siregar yang menggelegar mengkupas seambrek permasalahan yang terjadi. Gayanya
gamblang cadasnya menelisik memberikan pemahaman pergolakan negeri yang katanya
bhinekatunggal ika.
Dulu, ia saat bekerja bareng sama saya posisi kerjanya
sebagai seles. Lambat laun setelah menghilang dari peradaban kerja tiba-tiba
muncul sebagai penulis kawakan dengan karya dasyat seperti Tuhan Secangkir
Kopi, Manusia Angka serta buku tentang Ahok.
Waktu berlalu begitu lama, Deny saya
sambangi saat berada di Bali, kebetulan ia sebagai narasumber sebuah acara.
Situasi beda kongko-kongko berang ia, ceritapun dimulai dipandu suguhan hitam
pekat namun bisa mengkondisikan susana jadi adem. Kopi.
Mungkin Deny pas jadi sales ketemu dengan seorang
penulis. Yang namanya hoby ketemu dengan orang hebat bisa jadi passionnya
ketemu. Saya terus mengikuti tulisan Deny, dunia yang tak nyata namun hadir
sebagai sandaran hati.
Sayang pertemuan kawan seperjuangan waktu dulu
sekarang masih setia dengan kopi dihentikan dengan kartu merah oleh waktu.
Kembali pembahasan dialog kopi, reuni kecil pengalaman adalah guru paling baik
begitu orang bijak bilang. Spirit menyulut saya setidaknya memberikan inspirasi
bertemu dengan dia. Hal koyol sebagai nada cerita progresif.
Tetap Berkarya Kawan walaupun lagi gawat2nya menilai
apakah bumi itu datar atau bulat
0 comments:
Post a Comment