MENANGKAL VIRUS RADIKALISME DI LINGKUNGAN SEKOLAH



lukisan "Titik pusat " karya I Gede Sukarda

Paham radikalisme tumbuh subur menyusup melalui lingkungan sekolah menancapkan mendokrin secara perlahan pelan tapi pasti. Pelajar sasaran empuk didapuk sarang kekuatan mendulang kekuatan mempengaruhi virus ektrim yang nilai simpati terhadap sesama dilunturkan. Toleran berubah menjadi intoleran melawan keberagaman yang terjadi dilingkungan masyarakat. Kebenekaan yang sudah menjadi landasan dan pedoman masyarakat Indonesia dasar menjalani kehidupan ditengah beraneka ragaman yang dicanangkan leluhur sengaja dibenturkan. Berbagai warna pelangi terlihat indah dibuyarkan dengan aksi-aksi yang mementingkan hegomoni semata. Membabi-buta melawan yang namanya kebersamaan diatas perbedaan. Virus berhembus kencang tumbuh tanpa disadari menyerap mengubah pandangan pelajar berubah jadi RAKSASA. Pelajar disiapkan sebagai kader garda depan serta kekuatan baru merealisasikan intoleran. Sejak dini dipoles sedemikian rupa mencuci otak mereka dulu masih polos mengembangbiakan paham-paham kiri. Pelajar dipilih karena lebih mudah mengarahkan mereka secara perlahan namun pasti yang disiapkan nanti bergerak setiap waktu dinginkan. Perubahan sikap pelajar terlihat aksi kekerasan, pemanisme, bullying terhadap temanya sendiri hal ini pemicunya karena tidak sepaham. Asas kebebasan sengaja dirusak.

Tindak kekerasan yang timbul kian marak beredar melalui sosial media. Miris melihat mereka seperti itu, PR kita bersama melawan sikap seperti itu. Peran sekolah dan keluarga dirumah terutama orang tua berperan penting mendeksi sikap anak mereka. Pelajar diberikan ruang gerak mereka dengan kegiatan positif membangun kebersamaan. Kegiatan ini diluar jam pelajaran harus digalakan guna meredam paham radikalisme. Berbagai kegiatan extrakurikuler yang berlandasan toleran dan simpati, empati terhadap lingkungan sekolah.

Kegiatan positif lebih banyak sehingga paham radikalisme kesulitan tumbuh dikalangan siswa. Tanamkan mereka sikap kebersamaan dari perbedaan yang ada. Tanpa hal demikian niskaya paham radikalisme sulit berkembang. Peran orang tua juga penting mengontrol anaknya, pengawasan setiap tindakannya memberikan wejangan pemahaman arti hidup berdampingan. Didikan peran orang tua salah satu meredam tindakan intoleran terjadi.

Penguataan Peran Keluarga Dalam Pendidikan anak

Perkembangan dunia pendidikan anak era global diserbu dengan berbagai kemudahan yang disuguhkan fitur online memberikan rasa nyaman sehingga lupa kewajiban mereka sebagai pelajar. Tidak semata itu saja, radikalisme menyusup melalui sosial media menanamkan kebencian. Patut diwaspadai sebagai orang tua melihat perkembangan anak yang berubah demikian segara didekati sentuh hati mereka jangan dibentak habis sehingga perlahan paham radikalisme bisa dihapus. Emang diakui kesulitan disini anak-anak dengan gampangnya beradaptasi dunia seba digital. Celah itu memanfaatkan masuk mengarahkan mereka bahkan mencuci otak mereka.

Bersliweran tulisan yang mengajak mereka kearah paham anti toleran menyentuh hati sehingga paham tersebut tumbuh subur bak jamur musim hujan. Alam bawah sadar pelajar terkontaminasi paham radikal sehingga sedikit saja mereka diarahkan pergolakan emosi langsung mencuat membara. Inilah cara jitu yang menyebar paham tersebut mengarahkan pelajar sebagai kekuatan mereka.

Situasi kegiatan belajar mengajar juga mengubah pandangan mereka pengawasan pihak sekolah harus selektif menyikapi situasi demikian. Kedua peran baik sekolah maupun orang tua kalaborasi mengawasi bersama perkembangan anak didiknya. Pendekatan persuasif sejuk dan menyenangkan ranah zona nyaman mereka berxpresikan diri sesuai bakat dan minatnya. Pengembangan bakat mengarahkan mereka hal yang menunjang toleran dan simpati kepada sesama mutlak digemakan setiap kesempatan. Suarakan anti kekerasan, menghargai perbedaan, tumbuhkan rasa kebersamaan diatas hegomoni paham radikal.

Racuni mereka dengan pengembangan bakat yang dimiliki dan bangga berbangsa serta cinta tanah air. Instansi pendidikan cikal bakal pemahaman kebangsaan sehingga bagaimana pun paham radikal sulit masuk. Pembentukan karekteristik pelajar dimulai dari sekolah dan keluarga. Pendidikan agama juga peran penting membentuk kepribadian pelajar menapak kehidupan yang penuh intrik. Sentuhan rohwani yang sesuai dengan pakem-pakem dan landasan agama yang benar dan baik bukan malah mekriditasikan hal yang memecah belah yang justru tambah runyam. Nilai ahklak dan moral pelajar dibentuk sedemikian rupa didorong faktor dukungan pihak sekolah dan orang tua mendidik tanpa memaksa secara pendekatan lebih santun damai yang nantinya membuat mereka nyaman. Bila rasa nyaman sudah terbentuk niscaya keperibadian mereka lebih bijak menghadapi suatu masalah dengan lapang dada. Ruang expresi meluapkan gejolak emosional mereka diarahkan, dibimbing dan jangan lupa pengawasan tetap dijalankan. (*)

Oleh : Santana Ja Dewa

Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.