Rasalilatantra Sang Asura (Asura Pemuja Durga)


"Terimakasih Asura, sebab keberadaan dari kaumMu para Brahmana jadi terhormat. Atas keberadaan wangsamu pula, para resi dan para Dewa mendapat kedudukan yang tinggi. Wangsamulah yang menjadikan Ramayana berhasil ditulis Rsi Walimiki. Dari wangsamu pula Bima sebagai salah satu kesatria Pandawa melahirkan keturunan yang gagah perkasa. Maka ijinkan saya yang bodoh ini memuliakanMu, melebihi para dewa."
Manggala tulisan di atas sengaja saya tempatkan diawal sebagai doa seru segala alam untuk memuliakan Asura. Sebab keberadaan kaum Asura selama ini dipandang sebagai kaum termarjinalkan, jahat, dan beragam citra buruk melekat padanya. Tetapi untuk kali ini saya melihat Asura sebagai "wangsa" yang bermartabat dan religius. Bahkan melebihi martabat dan kereligiusan manusia (kini) atau para Dewa.
Martabat wangsa Asura terlihat dari citra dirinya yang selalu muncul bersamaan dengan citra Durga. Penggambaran beberapa arca Durga, baik di India dan Nusantara selalu menampilkan sosok Asura mendapingi Durga. Salah satunya adalah Citra Durga dalam pengambarannya sebagai Durga Mahesasuramardini, yakni Durga sebagai pembunuh Asura Mahesa. Durga diketahui sebagai sakti dari Siwa dalam aspek Kroda atau raudra (marah).
Durga Mahesasuramardini sebagai "pembunuh" Asura Mahesa merupakan terma yang umum. Tetapi, terma tersebut belum tentu dapat diterima sebagai kebenaran mutlak. Melihat citra tersebut, memungkinkan sekali bahwa wangsa Asura adalah pemuja Durga yang sangat taat. Dalam teks Puranik, Durga memiliki tugas sebagai pemberi perlindungan. Jadi, Durga sangat memungkinkan menjadikan Asura sebagai pelindung manusia dan para Dewa. Jika demikian, maka bukan wangsa Asura yang mengganggu manusia dan para Dewa. Alih-alih Asura yang menjadi “benteng” untuk melindungi kehancuran sebuah peradaban yang dibangun para dewa dan manusia.
Kembali pada penggambaran Asura dengan Durga, ada beberapa tipologi Durga, seperti Durga menginjak Asura, Durga memegang kepala Asura, Durga memegang rambut Asura, Asura menjauhi Durga dst. Lantas, apakah itu kita sepakati bahwa Durga sebagai “pembunuh” Asura? Belum tentu, sebab dalam Tantra, bhakti kepada Sakti Durga adalah kemutlakan. Olehnya, pengorbanan dan ketundukan adalah tangga menuju pada pemberkatan. Bahkan melalui bhakti, Asura merelakan “penghancuran” atas dirinya. Rela memenggal kepalanya dan menjadikan darahnya sebagai persembahan kepada Durga------
Jadi, termulialah Asura…diantara para penganut Tantra.
#rahayu


Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.