lukisan karya Dekko
Estetika hidup perubahan adalah hal yang mutlak dan
abadi, sendi tatanan hidup ikut mengalami perubahan. Masa ke masa ada saja yang
lain dari sebelumnya seperti hal dengan sosial bermasyarakat, kebersamaan
memanfaatkan ruang luang dengan aktifitas mengisi imajinasi otak atau menghibur
diri. Kepenatan, keruwetan setelah menjalankan kewajiban hidup pelampiasan
berkreasi tanpa batas yang bermakna. Tatkala berganti musim, pergeseran sosial
masyarakat telah berubah dari menikmati hiburan tradisi hingga aktifitas yang
berdekatan dengan berkesenian mungkin ada beberapa kesenian mengalami masa
jaya. Estetika mengubah tatanan dalam bermasyarakat lebih sekarang ini jaman
now serba praktis dan dinamis. Perubahan tidak bisa dihindari tapi ada sisi
lainnya jangan ditelantarakan tradisi yang menjadi pedoman hidup.
Tradisi mengajarkan kedekatan emosi secara personal
baik kepekaan terhadap semesta dan simpati manusia itu sendiri. Coba kita lihat
disaat kesempatan, ego manusia jaman now mementingkan diri ketimbang sosial.
Kita diwariskan bersosialisasi satu sama lainya sekarang malah kebalik
bersosialisasi dunia maya.
Berkumpul sekedar sebagai latar belakang kelihatan
ramai tapi asing dalam keramaian, keriuhan bersosialisasi pindah dunia yang tak
nyata alias dunia sosmed. Padahal sosialisasi dalam masyarakat hal penting
dengan begitu keruwetan beban dalam otak hilang saat kita bercengkrama. Apa
daya ciutan tanpa akhir malah sedikit menghilang namun ada beberapa generasi
old saja itupun tidak memggunakan sosial media.
Seharusnya menyeimbangkan dua hal tersebut, karena
sosialisiasi adalah pelipur lara saat kita mengusir kejenuhan. Kestabilan emosi
tatkala berselancar dalam sosmed mengarah pada kepatutat etika bertutur kata
dalam artian bijak mengfungsikannya.
Terlihat gagah mengejar yang namanya kekinian tatanan
hidup dijaman now, tergiur gelimpangan serba now. Hasrat tak terpuaskan harus
dibayar dengan yang lagi trend now, walaupun sisi lainya membunuh pelan-pelan
sosial hidupnya. Tradisi yang dibuat dari oleh pikir imajinasi sebelumnya
adalah cara mengolah emosional personal menapak kehidupan dalam masyarakat.
Kita berujar membangkitkan tradisi tapi daya dobraknya lemah tak berdaya
dilemahkan oleh tatanan "kekinian". Keseimbangan perubahan dan
tradisi ada korelasi saling menguatkan bukan anti perubahan itu sendiri karena
perubahan adalah abadi.
I Kadek Eko melihat fenomena estika jaman now tradisi
yang mulai berubah dan tidak jarang mulai dtinggalkan seiring perkembangan,
memudar seperti cat "white wash" yang sengaja dipudarkan, demi
mencapai suatu estetika baru. Pergolakan hidup tersebut sebagai seorang Perupa
merasa getir menyimak hal itu. Dalam karya perupa yang lebih dikenal Dekko
tidak menganut genre tertentu dalam mengexplorasi berkarya, ia memadukan apa
yang dapat selama pengalaman estetis.
Kesenirupaan tak jauh-jauh dari tradisi karena
perselingkuhan sudah tergolong nikmat tradisi secara menyeluruh. Pada lukisan
tersebut merupakan sebuah refleksi, suatu renungan, suatu bayangan mengenai
seni wayang, yang akhir-akhir ini dimodif untuk kepentingan hiburan dan sudah
mulai jarang dipentaskan boleh dibilang sedikit dikesampingkan keberadaannya.
Wayang yang dihadirkan dalam sebuah karya Dekko bukan hanya pada
mengimplementasikan bahwa wayang bukan pada seni pertunjukan. Dari sisi seni
rupa ada beberapa aspek seni rupa tradisional Bali (tradisi stlye Batuan )
serta lainya. Pesan esensial dari Dekko tiada lain adalah menyeimbangakan
perubahan estetika kekinian dengan tradisi. *sjd
Kegawatan Hidup Mengejar
Kekinian, Tradisi Terlupakan
Estetika hidup perubahan adalah hal yang mutlak dan
abadi, sendi tatanan hidup ikut mengalami perubahan. Masa ke masa ada saja yang
lain dari sebelumnya seperti hal dengan sosial bermasyarakat, kebersamaan
memanfaatkan ruang luang dengan aktifitas mengisi imajinasi otak atau menghibur
diri. Kepenatan, keruwetan setelah menjalankan kewajiban hidup pelampiasan
berkreasi tanpa batas yang bermakna. Tatkala berganti musim, pergeseran sosial
masyarakat telah berubah dari menikmati hiburan tradisi hingga aktifitas yang
berdekatan dengan berkesenian mungkin ada beberapa kesenian mengalami masa
jaya. Estetika mengubah tatanan dalam bermasyarakat lebih sekarang ini jaman
now serba praktis dan dinamis. Perubahan tidak bisa dihindari tapi ada sisi
lainnya jangan ditelantarakan tradisi yang menjadi pedoman hidup.
Tradisi mengajarkan kedekatan emosi secara personal
baik kepekaan terhadap semesta dan simpati manusia itu sendiri. Coba kita lihat
disaat kesempatan, ego manusia jaman now mementingkan diri ketimbang sosial.
Kita diwariskan bersosialisasi satu sama lainya sekarang malah kebalik
bersosialisasi dunia maya.
Berkumpul sekedar sebagai latar belakang kelihatan
ramai tapi asing dalam keramaian, keriuhan bersosialisasi pindah dunia yang tak
nyata alias dunia sosmed. Padahal sosialisasi dalam masyarakat hal penting
dengan begitu keruwetan beban dalam otak hilang saat kita bercengkrama. Apa
daya ciutan tanpa akhir malah sedikit menghilang namun ada beberapa generasi
old saja itupun tidak memggunakan sosial media.
Seharusnya menyeimbangkan dua hal tersebut, karena
sosialisiasi adalah pelipur lara saat kita mengusir kejenuhan. Kestabilan emosi
tatkala berselancar dalam sosmed mengarah pada kepatutat etika bertutur kata
dalam artian bijak mengfungsikannya.
Terlihat gagah mengejar yang namanya kekinian tatanan
hidup dijaman now, tergiur gelimpangan serba now. Hasrat tak terpuaskan harus
dibayar dengan yang lagi trend now, walaupun sisi lainya membunuh pelan-pelan
sosial hidupnya. Tradisi yang dibuat dari oleh pikir imajinasi sebelumnya
adalah cara mengolah emosional personal menapak kehidupan dalam masyarakat.
Kita berujar membangkitkan tradisi tapi daya dobraknya lemah tak berdaya
dilemahkan oleh tatanan "kekinian". Keseimbangan perubahan dan
tradisi ada korelasi saling menguatkan bukan anti perubahan itu sendiri karena
perubahan adalah abadi.
I Kadek Eko melihat fenomena estika jaman now tradisi
yang mulai berubah dan tidak jarang mulai dtinggalkan seiring perkembangan,
memudar seperti cat "white wash" yang sengaja dipudarkan, demi
mencapai suatu estetika baru. Pergolakan hidup tersebut sebagai seorang Perupa
merasa getir menyimak hal itu. Dalam karya perupa yang lebih dikenal Dekko
tidak menganut genre tertentu dalam mengexplorasi berkarya, ia memadukan apa
yang dapat selama pengalaman estetis.
Kesenirupaan tak jauh-jauh dari tradisi karena
perselingkuhan sudah tergolong nikmat tradisi secara menyeluruh. Pada lukisan
tersebut merupakan sebuah refleksi, suatu renungan, suatu bayangan mengenai
seni wayang, yang akhir-akhir ini dimodif untuk kepentingan hiburan dan sudah
mulai jarang dipentaskan boleh dibilang sedikit dikesampingkan keberadaannya.
Wayang yang dihadirkan dalam sebuah karya Dekko bukan hanya pada
mengimplementasikan bahwa wayang bukan pada seni pertunjukan. Dari sisi seni
rupa ada beberapa aspek seni rupa tradisional Bali (tradisi stlye Batuan )
serta lainya. Pesan esensial dari Dekko tiada lain adalah menyeimbangakan
perubahan estetika kekinian dengan tradisi. *sjd
0 comments:
Post a Comment