sosial media jadi ruang pemeran (foto/sjd)
Menurut kuratorial I Made Susanta Dwitanaya, Kamis (9/2), sosial media saat ini keharusan menjadi gaya hidup masyarakat. Bertegur sapa disosial media tapi tidak sebatas demikian, sosial media sasaran berbagai kegiatan disana seperti menjadi media promosi, sosialisasi serta penyampian pesan yang efektif. Berkaca dari perkembangan sosial media mencoba melakukan gebrakan baru melakukan pemeran yang tidak biasanya. Mempresentasikan capain-capain karya arsitik dan estetika berupa karya dari civitas akademika baik mahasiswa maupun alumni dalam sebuah format pemeran di dunia maya, " terangnya.
Pemanfaatan sosial media menurut Susanta, sebuah upaya memanfaatkan " ruang " sosial media melakukan perluasan pemaknaan terhadap keberadaan sebuah peristiwa pemeran " dialogis " antara karya sebagai representasi gagasan perupa dan publik sebagai apresiator.
Pemeran yang tidak biasa ini merupakan sebuah perayaan atas perkembangan teknologi media berbasis virtual, dimana kehadiran seorang apresiator dalam ruang pemeran menjadi lebih memungkinkan karena tidak lagi ada batasan jarak, waktu, ruang kapanpun bisa diakses melihat hasil karya perupa. Menikmati karya seni rupa dengan cara yang kekinian selain berdampak eksistensi perupa sebagai pengunggah karya seni. Dapat dimaknai sebagai momentum menumbuhkan sikap apresiatif masyarakat khususnya anak muda sebagai kaum pengguna sosial media terbanyak terhadap karya seni rupa. " biar bisa dinikmati secara lebih luas oleh setiap orang yang ada di sosmed, ya melintasi soal jarak dan waktu, " jelasnya Susanta.
Susanta menambahkan secara tidak langsung upaya pameran yang di sosial media juga mengandung sisi pendidikan seni didalamnya, semoga upaya ini mampu memberikan makna bagi masyarakat seni khususnya pengguna sosial media secara luas. Mari rayakan sosial media secara kreatif dan " sehat "," tutupnya.(*sjd)
Pemanfaatan sosial media menurut Susanta, sebuah upaya memanfaatkan " ruang " sosial media melakukan perluasan pemaknaan terhadap keberadaan sebuah peristiwa pemeran " dialogis " antara karya sebagai representasi gagasan perupa dan publik sebagai apresiator.
Pemeran yang tidak biasa ini merupakan sebuah perayaan atas perkembangan teknologi media berbasis virtual, dimana kehadiran seorang apresiator dalam ruang pemeran menjadi lebih memungkinkan karena tidak lagi ada batasan jarak, waktu, ruang kapanpun bisa diakses melihat hasil karya perupa. Menikmati karya seni rupa dengan cara yang kekinian selain berdampak eksistensi perupa sebagai pengunggah karya seni. Dapat dimaknai sebagai momentum menumbuhkan sikap apresiatif masyarakat khususnya anak muda sebagai kaum pengguna sosial media terbanyak terhadap karya seni rupa. " biar bisa dinikmati secara lebih luas oleh setiap orang yang ada di sosmed, ya melintasi soal jarak dan waktu, " jelasnya Susanta.
Susanta menambahkan secara tidak langsung upaya pameran yang di sosial media juga mengandung sisi pendidikan seni didalamnya, semoga upaya ini mampu memberikan makna bagi masyarakat seni khususnya pengguna sosial media secara luas. Mari rayakan sosial media secara kreatif dan " sehat "," tutupnya.(*sjd)
0 comments:
Post a Comment