pertigaan menuju lapangan Umum Sampalan tempat tawur kesanga yang diselenggrakan Parisada kecamatan Nusa Penida saat menjelang Hari Raya Nyepi (foto/dok.waklaba)
Klungkung (waklaba.blogspot.com)
Kecamatan Nusa Penida yang terdiri dari tiga pulau, yakni
Pulau Nusa Penida , Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Secara administrasi
ketiga gugusan pulau yang dipisahkan Selat Badung masuk wilayah Kabupaten
Klungkung sudah banyak diberi porsi pembangunan baik oleh Pemerintah Provinsi
Bali dan Pemerintah Pusat.
“ pembangunan yang dilakukan di Nusa Penida baik berskla
kecil maupun besar, tapi hasilnya tidak signifikan, sepertinya apa yang
dibangun di Nusa gagal, “ terang Suwirta, Jumat (30/1).
“Orang menyebutkan Nusa Penida adalah telur emas, saya
berpikir kenapa tidak pernah menetas dan beranak pinak,” keluh Suwirta. Atas
kejadian yang terus berulang itu, dirinya memikirkan, merenungkan dan bertanya
pada orang pintar, apa sesungguhnya yang menyebabkan hal tersebut, sehingga
pembangunan di Nusa Penida selalu terhambat. Diakui oleh Suwirta, dirinya juga pernah
bertemu dengan Jero Mangku Buda asal Nusa Ceningan yang memaparkan banyak
tentang sejarang Nusa Penida dalam bentuk babad. “Dari sana sata tahu, bahwa
Nusa Penida adalah benteng pertahanan Bali secara spiritual, bahwa kepulauan
Nusa Penida adalah wujud Tri Murti,” papar Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.
Sedangkan menurut Suwirta sendiri, dalam sejarahnya di kepulauan itu tidak pernah digelar upacara seperti apa yang dilakukan di Bali. “Seingat saya, di Nusa Penida belum pernah ada upacara yang digelar setingkat dengan Tawur Agung atau semacamnya, ini yang saya ingin laksanakan,” terang Suwirta. Alasan keinginannya melakukan kegiatan upacara setara Tawur Agung di Nusa Penida, agar Pulau Nusa Penida mendapat penyucian secara niskala, “Mengingat selama ini upacara yang dilaksanakan hanya di masing-masing desa pakraman,” jelasnya lagi.
Namun apa yang menjadi pemikirannya, Suwirta mengaku duduk bersama dengan tokoh masyarakat, ahli sastra agama dan spiritual, sehingga upacara apa yang sepatutnya di gelar di Nusa Penida sesuai dengan sastra agama. “Upacara ini patut kita gelar, namun perlu diadakan pembicaraan agar tidak saling menyalahkan,” paparnya. Hal yang paling akhir adalah menyangkut biaya upacara yang akal di gelar, disebut Suwirta sebisa mungkin kegiatan upacara terseut tidak menggerogoti anggaran daerah atau Atau APBD. “Ini akan kita rancang bersama, bicarakan dan rembugkan, dengan harapan setelah upacara ruwatan ini telur emas Nusa Penida bisa menetas,” pungkas Suwirta.#wl_SJD
Sedangkan menurut Suwirta sendiri, dalam sejarahnya di kepulauan itu tidak pernah digelar upacara seperti apa yang dilakukan di Bali. “Seingat saya, di Nusa Penida belum pernah ada upacara yang digelar setingkat dengan Tawur Agung atau semacamnya, ini yang saya ingin laksanakan,” terang Suwirta. Alasan keinginannya melakukan kegiatan upacara setara Tawur Agung di Nusa Penida, agar Pulau Nusa Penida mendapat penyucian secara niskala, “Mengingat selama ini upacara yang dilaksanakan hanya di masing-masing desa pakraman,” jelasnya lagi.
Namun apa yang menjadi pemikirannya, Suwirta mengaku duduk bersama dengan tokoh masyarakat, ahli sastra agama dan spiritual, sehingga upacara apa yang sepatutnya di gelar di Nusa Penida sesuai dengan sastra agama. “Upacara ini patut kita gelar, namun perlu diadakan pembicaraan agar tidak saling menyalahkan,” paparnya. Hal yang paling akhir adalah menyangkut biaya upacara yang akal di gelar, disebut Suwirta sebisa mungkin kegiatan upacara terseut tidak menggerogoti anggaran daerah atau Atau APBD. “Ini akan kita rancang bersama, bicarakan dan rembugkan, dengan harapan setelah upacara ruwatan ini telur emas Nusa Penida bisa menetas,” pungkas Suwirta.#wl_SJD
0 comments:
Post a Comment