dua penari tanpa sadarkan diri menginjak bara api dari batok kelapa (foto/BagusErawan)
Kutampi
(waklaba.blogspot.com)
Nusa Penida salah satu kawasan spiritual, banyak
umat yang datang di pulau yang terpisahkan selat Badung. Nusa Penida masih
menyimpan aneka tarian sacral diantara tari Sanghyang Jaran di Desa Pakraman
Kutampi. Sempat vakum 26 tahun terkahir
dipentaskan. Saat dipentaskan bertepatat
dengan upacara ngedegang dengan pelawatan barong cat. Tradisi ngadegang berlangsung setipa tahun sekali tepatnya pada tilem kepitu, Rabu (15/1).
Menurut Bendesa Desa Pakraman Kutampi I Made
Martawan, upacar ini ida bhatar nyejer 11 hari. Selang tiga hari tarian sacral sanghyang
jaran dipentaskan. “ sudah lama kai tidak mementaskan tarian sacral ini, melihat
dari itu kami beserta karma dan pelingsir sebelumnya mengadakan rapat. Tarian ini
tidak menggunakan alat music melainkan gending. Permasalahannya gending sangat
susah cari filenya, beruntung pelinggsir masih ingat. Para penglingsir serta
tokoh duduk bersama menyatukann dan mencocokkan gending Sanghyang Jaran.Maklum
selama 26 tahun tari sakral ini vakum sehingga ada perbedaan persepsi syair
gending tersebut,mudah-mudahan terjadi kesamaan karena gending kunci sukses
tarian ini, “ ucapnya.
Dalam aktraksi tari sacral
ini, dua pria sebelumnya bersembahyang yang diawali dengan ritual nusdus. Selang
beberapa menit dua pria dalam keadaan tidak sadarkan diri kerusurapan roh jaran
atau kuda. Warga mulai agak menjauh, dua pria yang kerusupan terlihat menendang
bara api batok kelapa di tengah arena. Bahkan, bara api itu dinjak-injak dengan
kaki telanjang dua pria tersebut tidak terluka sama sekali.
Rangkaian terakhir pertunjukan dua penari mengitari sampai perbatasan wilayah timur dan barat. Setelah
kembali proses penutupan mengembalikan kesadaran kedua penari dan melepas roh merasuki
penari kembali ke asalnya dan kedua penari dipercikan air suci atau tirta.
“ Salah dalam melantunkan bisa berakibat fatal. Semoga semakin menggeliat dengan warisan leluhur yang adi
luhung. Dengan kebangkitan tarian sacral bisa berkembang terus dan tidak
vakum agar bisa diwariskan dari generasi ke generasi ”, “ harap Martawan.
0 comments:
Post a Comment