Batununggul (waklaba.blogspot.com)
Pementasan kesenian tradisonal drama gong di Pura Dalem Cemara Desa Pakraman Batumulapan. Bendesa Desa Pakraman Batumulapan Agus Wahyudi , Jumat (9/1) mengatakan piodalan yang berlangsung pada anggar kasih Medangsia Selasa 2 Januari selama 4 hari nyejer. Pada hari kemarin pementasan drama gong menjadi tradisi. Drama gong salah satu kesenian tradisional yang digemari warga , namun seiring perkembangan . Gempuran globalisasi drama gong mulai menurun popularitasnya. Pada masanya tahun 1970 puncak kejayaannya.
“ Sekarang ini drama gong ibarat mati suri, gimana tidak drama gong yang kita tonton dalam seni pertujukan yang indah dan menghibur itu hanya dapat kita saksikan jika ada Pawai Kesenian Bali saja ” , ujar Agus.
Dia sangat miris rasanya sebagai penggemar Drama Gong yang mempunyai seniman-seniman handal namun kiprahnya kini tidak bisa seperti dahulu, kami tidak menyalahkan seniman ataupun pemerintah namun kesempatan untuk mereka berkarya sepertinya kalah dengan penayangan sinetron yang jumlahnya berjubel.
Setelah itu sempat mandeg maska meninggalnya para seniman setempat dan kini drama gong Nusa Penida mulai menggeliat dan eksis di dunia kesenian bali.
Drama Gong di Nusa Penida hingga kini tetap eksis meskipun pementasannya hanya dilakukan setiap enam bulan sekali di Desa Pakraman Batumulapan, yakni saat piodalan di Pura Dalem setempat . Menambah daya tarik penonton, seniman kawakan drama gong ikut dilibatkan seperti Dadab, Gangsar serta yang lainya sesuai dengan permintaan.
Setiap tahunnya kelompok seni ini selalu melakukan regenerasi dan rata-rata diambil dikalangan remaja mulai usia 14 sampai 30 tahun. “Disamping melestarikan budaya bali kami sengaja mengajak remaja berkiprah di seni drama semata-mata untuk menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap seni budaya Bali,” imbuhnya.
Oleh : Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment