Artikel : Transformasi Pola Pikir




"Transformasi Pola Pikir" mengandung makna ambigu atau kemungkinan membawa makna ganda, atau bisa juga bermakna tendensius. Mengapa ? kerena pada awalnya menghujat habis-habisan sistem pemerintahan Orba, dengan memuji sistem pemerintahan pasca Orba atau sering disebut dengan orde Reformasi. Sadarlah adikku, di dunia ini tidak ada pemerintahan baik, bersih, mulus jalannya seratus persen, demikian pula di dunia ini tidak ada jalannya pemerintahan seratus persen jelek, kotor, kudisan, korupsi, pasitilah ada sisi baik dan buruknya, hanya saja prosentasenya ada yg mencolok jelek & mencolok baik. Ingat konsep "rwabhineda" dalam ajaran Hindu bahwa baik-buruk di dlm kehidupan di dunia ini selalu berdampingan, senang-sedih juga demikian bahkan hampir setiap menit terjadi.

 Ingat di dalam ajaran Hindu, bahkan kesenangan itu didapat satu berbanding tiga dengan ketidaksenangan, misalnya "suka, duka, lara & pati". Ini disebabkan karena kita dilahirkan kembali di dunia ini adalah membawa karma (suba-asuba karma). Dibalik kekurangan katakanlah keburukan pemerintahan di era Orba, masih banyak ada sisi-sisi kelebihan & kebaikannya misalnya dijaman pemerintahan Pak Harto tidak permah ada teroris, tidak pernah ada bom meledak di Bali jadi keamanan terjamin.

 Selain itu Pak Harto sebagai cikal bakal pembangunan di segala bidang di Negeri Indonesia tercinta ini, hingga beliau dijuluki Bapak Pembangunan Indonesia,hanya saja korupsi merajalela saat itu, sistem pemerintahan otoriter dan faham cipil society terbelenggu. Sebaliknya di era reformasi ini apakah jalannya pemerintahan baik, mulus, bebas KKNK (kolusi, korupsi, nepotisme dan koncoisme?jawab sendiri.

 Inilah suatu bukti bahwa ruwebhineda di dunia ini selalu hadir dan tikak dapat dielakkan. Cerminanya memang di era Orla seolah-olah mengedepankan pemberdayaan masyarakat sipil/masyarakat madani/cipil society tapi sesungguhnya tidak, buktinya Dekrit Presiden 5 juli 1959 yang salah satu isinya "Bubarkan Konstituate" pertanyaan besarnya bolehkan presiden membubarkan konstituante (DPR) pada masa itu,bukankah kedudukan konstituante sejajar/neben dengan presiden? Ini artinya masa Orla juga otoriter. Selanjutnya tipe/model leadership atau kepemimpinan seperti apa yang ideal yang kita idam-idamkan di negeri ini ( pusat maupun daerah) ? 

Bersambung .......

Oleh : I Ketut Wenten Aryawan


Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.