pemeran Galang Kangin digelar Neka Museum
Perjanan selama 20 tahun menapak dunia kesenirupaan, Galang Kaling gelar
pemeran bersama sekaligus merayakan kebersamaan mereka diterbitkan sebuah buku.
Kolerasi antara tema pameran dan buku yang diterbitkan yakni Becoming. Pameran
yang melibatkan 15 perupa dengan karya yang dipajang di Neka Museum sebanyak 42
karya.
Kelompok Perupa Galang Kangin (GK) didirikan dengan latar belakang
berkembangnya isu penggabungan dua institusi seni, yakni Program Studi Seni
Rupa dan Desain (PSSRD) Universitas Udayana dan Sekolah Tinggi Seni Indonesia
(STSI) Denpasar (sekarang menjadi ISI Denpasar). Banyak yang menduga
penggabungan itu sebagai suatu kenyataan sulit karena latar dan sistem yang
dianggap tak sama. Guna menepis opini itu, maka sejumlah mahasiswa dari dua
institusi itu mendahului menjawab bahwa mereka bisa “seirama” dalam praktik dan
visi kesenian. Dengan beberapa kali proses pertemuan, maka pada tanggal 9 April
1996 para mahasiswa mendirikan sebuah kelompok perupa yang dinamakan Galang
Kangin.
Menurut Ketua Galang Kangin, Made Supena menjelaskan dalam perantauan di
wilayah kesenian, GK menyadari pentingnya keberadaannya dalam hubungan dengan
kelompok-kelompok seniman yang lain serta posisinya di kancah perkembangan seni
rupa. GK menjadi inspirasi, diharapkan nuansa yang terekspresikan seperti juga
segarnya matahari yang terbit dari timur.Dengan semangat fajar sebuah dialog
nyata telah tercipta, semoga misi ini berbunga dan menghasilkan buah yang baik
bukan hanya untuk kami tetapi untuk kita semua.
Pada masa modernisme ada keyakinan yang dianut oleh para seniman, bahwa
setiap seniman harus memiliki identitas yang mempribadi, yang hanya dimiliki
oleh dirinya saja. Identitas ini adalah identitas karya yang terbaca secara
formal. Artinya unsur visual seperti garis, bidang, warna, dan tekstur
memperlihatkan kepribadian sang seniman.Kata kunci dari semua ini adalah
identitas. Pada masa modernisme itu identitas dianggap hal pokok dan prinsip
yang harus dimiliki oleh seniman.
Perkara karakteristik, konsep atau batasan tentang identitas ini menarik
membincangkannya pada karya-karya perupa kelompok GK. Karya-karya mutakhir
kelompok GK menunjukkan adanya tanda-tanda pengingkaran terhadap makna
identitas seperti yang didengungkan kaum modernisme. Identitas yang kemudian
mudah terbaca dari sebagian besar karya anggota kelompok GK ini adalah
identitas dalam konsep posmodernisme, yakni identitas dalam pengertian proses
menjadi (becoming).
"Karya-karya terbaru kelompok GK ini mengalami semacam pengalihan
suasana, mood, stimulus, atau hasrat dalam batasan proses kreatif guna
menghindari kerja kesenian yang terus menerus bergerak di tempat yang sama.
Bagi para perupa kelompok GK berada di tempat yang sama bisa menjebak mereka ke
dalam kebekuan yang tak tersadari. Itu sebabnya para perupa kelompok GK ini
kemudian bersepakat untuk melakukan sebuah perpindahan, pergingsutan, atau
setidaknya tidak bergerak di tempat yang intinya ingin keluar dari zona
nyaman," kata Supena.
Salah satu owner museum, A.A Rai Kalam memberikan apresiasi, pameran ini
sangat tepat dalam rangka mempelajarkan diri untuk sebuah proses pendewasaan
yang mengantarkan pada kematangan pribadi. Imbas lain tentunya bisa
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni lukis. Lewat pameran ini
seyogyanya dimanfaatkan sebagai ajang dialog secara optimal guna melahirkan
gagasan-gagasan baru dan greget kreatif untuk mengekplorasi seni budaya yang
lebih luas. Akan menjadi sangat penting artinya dialog yang terjadi dalam
pengertian dan dalam bentuk apapun ketika menempa kejujuran diri sendiri dalam
berkesenian. Kunci keberhasilan mereka terletak pada pendisiplinan diri,
semangat pengabdian dan kesetiaan pada dunia seni rupa baik itu berupa
kreatifitas penciptaan maupun dalam aktifitas publikasi untuk memasuki medan
pergulatan dan komunikasi yang lebih luas.
" Ada sesuatu yang menggembirakan setelah melihat keberanian mereka
untuk menyatakan diri yang tanpa dibelenggu oleh batasan-batasan akademis dan
mereka memiliki kesungguhan dan optimisitas dengan keberadaannya sebagai
seorang seniman muda yang pada akhirnya akan meramaikan kancah kesenirupaan di
tanah air, " arahanya.
GK dalam pameran menyertakan 15 perupa
diantarantaI Putu Edy Asmara, AA Eka Putra Dela, I Made Supena, Ni Komang Atmi
Kristyadewi, I Ketut Agus Murdika, I Made Ardika, I Made Gunawan, I Nyoman
DiwarupaI Dewa Gede Soma Wijaya, I Wayan Setem, Sudarwanto, I Made Galung
Wiratmaja,I Nyoman Ari Winata, I Wayan Naya Swantha, & I Made Sudana.*
0 comments:
Post a Comment