Siwa dan Allahtidak berbeda secara hakikat. Menjadi
penanda pula bahwa Hindu dan Islam tidak ada bedanya dalam hakikat. Hanya nama
rupa dan tatanan yang ada pada keduanya berbeda. Sebab pada dasarnya semua
kepercayaan satu dalam hakikat ( wahdatul wujud, wahdatul al-adyan). Siwa
adalah pangkal keselamatan, dan tidak berbeda dengan Allah yang maha Baik
(al-jamal al-kamil) dan pangkal keselamatan (al-salam). Jika Siwa sebagai pangkal penciptaan segala makhluk yang disebut
dengan Brahman, maka dalam Islam disebut dengan al-Khaliq. Demikian pula Siwa
sebagai penguasa semua makhluk disebut Prajapati, pun dalam Islam, Allah
disebut al-Malik al-Mulki. Jika Siwa sebagai penguasa bhuta atau iblis disebuat
Rudra, maka dalam Islam Allah disebut al-Muddhil dst.
.
Sesungguhnya pula Lingga Siwa dan Kaabah secara hakikat tidak ada bedanya dengan pratima dari batu yang disakralkan. Baik keduanya adalah simbol yang mengungkap kerahasiaan yang terdalam dari realitas yang ada. Sebab secara hakikat, baik Lingga dan Kaabah adalah Dia yang Illahi, MahaTunggal, dan akal pikiran manusia tidak mampu menjangkaunya. Dialah sunya dan yang serba Tidak. Indria tak akan mampu menjamah Dia yang mutlak, sehingga untuk bertemu denganNya, maka Lingga dan Kaabah hendaknya dipandang dalam kedalaman hakikat, bukan sebagaimana indria kasar melihatnya. Sebab keduanya adalah rumah Tuhan (paramasunya-baitullah). Tetapi yang membedakannya, Kaabah hanya ada di Mekkah, tetapi Lingga dapat ditemukan dimana-mana. Pun tidak berbeda keduanya.
.
Jika pada Lingga dan Kaabah dapat bertemu Tuhan, lantas apa bedanya dengan Tuhan sebagai Illahi yang ada pada batu bertumpuk. Buka selubung kebodohan, maka kita akan menemukan Tuhan tidak saja pada Lingga, Kaabah dan batu, tetapi pada semuanya.
#rahayu
#rasatantra.
.
Sesungguhnya pula Lingga Siwa dan Kaabah secara hakikat tidak ada bedanya dengan pratima dari batu yang disakralkan. Baik keduanya adalah simbol yang mengungkap kerahasiaan yang terdalam dari realitas yang ada. Sebab secara hakikat, baik Lingga dan Kaabah adalah Dia yang Illahi, MahaTunggal, dan akal pikiran manusia tidak mampu menjangkaunya. Dialah sunya dan yang serba Tidak. Indria tak akan mampu menjamah Dia yang mutlak, sehingga untuk bertemu denganNya, maka Lingga dan Kaabah hendaknya dipandang dalam kedalaman hakikat, bukan sebagaimana indria kasar melihatnya. Sebab keduanya adalah rumah Tuhan (paramasunya-baitullah). Tetapi yang membedakannya, Kaabah hanya ada di Mekkah, tetapi Lingga dapat ditemukan dimana-mana. Pun tidak berbeda keduanya.
.
Jika pada Lingga dan Kaabah dapat bertemu Tuhan, lantas apa bedanya dengan Tuhan sebagai Illahi yang ada pada batu bertumpuk. Buka selubung kebodohan, maka kita akan menemukan Tuhan tidak saja pada Lingga, Kaabah dan batu, tetapi pada semuanya.
#rahayu
#rasatantra.
Oleh : I Ketut Sandika
0 comments:
Post a Comment