Oleh : I Ketut Sandika
Inilah sorga dunia dimana letak kenikmatan berada.
Siapapun akan dibuatnya gila. Tidak memandang kelas manusia. Bahkan para suci
pun dibuatnya rebah dalam ketak berdayaan. Betapa kuatnya kenikmatan yang
terlahir darinya. Padahal ia adalah secuil lemak yang ditumbuhi sejumput rambut.
Lubang menganga, seperti luka yang tidak pernah sembuh yang berbau dan selalu
basah. Tetapi, kekuatannya dapat membalikkan kesadaran kita, sehingga ia bukan lagi sekadar lemak, bulu dan luka, tetapi
lubang kenikmatan yang mengalahkan kenikmatan apapun. Ia bukan lagi berbau
busuk, tetapi perpaduan sad rasa yang memantik hasrat tuk mengecap. Tiadanya,
maka banyak jiwa-jiwa yang dibuatnya nelangsa.
Tantrik melihat bukan nikmatnya.
Tetapi kekuatan yang ada padanya. Kekuatan yang dapat membalikkan kesadaran
diri. Kekuatan inilah yang dipuja. Sebab ia bukan sekadar lubang pemuas nikmat
tetapi darinya manusia terlahir, sehingga siklus kehidupan dapat berlangsung.
Darinya pula terlahir kekuatan kiwa-tengen-kiri-kanan sebagai kesempurnaan
hidup. Memuja dan memuliakannya akan sama dengan kita memuliakan mulut Brahman
sebagai Kunda dari persembahan yajna.
Memuja berarti menjadikannya
mulia dan berharga. Kemudian, memuliakannya berarti pula meninggikan perempuan
sebagai Ibu semesta. Dan, dalam Kamatantra tidak cukup hanya memuja,
memuliakannya dst, tetapi "memuaskan" nya adalah kewajiban yang
prinsip. Sebab hanya dengan memuaskannya, energi itu dapat lebur dalam
kelepasan sempurna, yakni orgasme kemanunggalan antara
Lingga-Yoni...Siwa-Sakti...emosi-kesadaran. Dan, itu bisa terjadi ketika
memuaskannya meniadakan rasa......
#rahayu
#rahayu
*penulis seorang Dosen IHDN
Denpasar
0 comments:
Post a Comment