Seni grafis dipemerkan di Bentara Budaya Bali (foto/susanta)
GIANYAR,
Perupa Bali Utara pemeran bersama di Bentara Budaya Bali menghadirkan
karya-karya seni grafis, berdasarkan fakta yang ada perkembangan seni grafis di
daerah lainya di Indonesia seperti Jogya ataupun Bandung, seni grafis dalam
medan sosial seni rupa Bali tampaknya masih belum begitu menggeliat, jika
dibandingkan dengan cabang seni rupa yang lain seperti seni lukis ataupun seni
patungnya. Di Bali sangat jarang kita melihat even- even seni rupa yang secara
khusus menampilkan karya- karya seni grafis, sehingga pewacanaan tentang seni
grafis di Bali nyaris sangat jarang terdengar.
Menurut curator I Made
Susanta Dwitanaya saat dikomfiamsi, Senin (15/5) mengatakan minimnya pewacanaan
terhadap perkembangan seni grafis di Bali secara tidak langsung juga menjadi
sebuah ruang untuk mempertanyakan ihwal proses regenerasi dalam perkembangan
seni grafis di Bali. Di Bali ada beberapa perguruan tinggi ataupun lembaga
pendidikan dengan basis kesenirupaan di dalamnya, dan hal ini tentu saja adalah
salah satu potensi yang bisa digerakkan lebih jauh untuk melakukan proses
tranfer pengetahuan yang dapat menstimulus dalam menggeliatkan gairah para
pegrafis pegrafis muda untuk berkarya pada jalur seni grafis. Peran lembaga
pendidikan kesenirupaan di Bali bisa menjadi salah satu ranah yang penting
dalam mengembangkan seni grafis di Bali. namun dari beberapa lembaga pendidikan
kesenirupaan di Bali sampai saat ini masih belum ada yang memiiki program studi
ataupun jurusan yang khusus seni grafis. Seni grafis baru menjadi mata kuliah
dengan jumlah SKS yang minim, ataupun baru menjadi salah satu pilihan
konsentrasi pada mata kuliah Tugas Akhir seperti yang diterapkan di Prodi
Pendidikan Seni Rupa Undiksha Singaraja.
Minimnya pewacanaan
terhadap perkembangan seni grafis di Bali, Susanta berujar secara tidak
langsung juga menjadi sebuah ruang untuk mempertanyakan ihwal proses regenerasi
dalam perkembangan seni grafis di Bali. Di Bali ada beberapa perguruan tinggi
ataupun lembaga pendidikan dengan basis kesenirupaan di dalamnya, dan hal ini
tentu saja adalah salah satu potensi yang bisa digerakkan lebih jauh untuk
melakukan proses tranfer pengetahuan yang dapat menstimulus dalam menggeliatkan
gairah para pegrafis pegrafis muda untuk berkarya pada jalur seni grafis. Peran
lembaga pendidikan kesenirupaan di Bali bisa menjadi salah satu ranah yang
penting dalam mengembangkan seni grafis di Bali. namun dari beberapa lembaga
pendidikan kesenirupaan di Bali sampai saat ini masih belum ada yang memiiki
program studi ataupun jurusan yang khusus seni grafis. Seni grafis baru menjadi
mata kuliah dengan jumlah SKS yang minim, ataupun baru menjadi salah satu
pilihan konsentrasi pada mata kuliah Tugas Akhir seperti yang diterapkan di
Prodi Pendidikan Seni Rupa Undiksha Singaraja.
Perupa yang berasal
dari Dosen, Mahasiswa dan Alumni Prodi Seni Rupa Undiksha yang memilih untuk
menekuni seni grafis sebagai pilihan kreatif mereka dalam berkarya seni rupa,
bersepakat untuk menghimpun diri dalam sebuah komunitas bernama Studio Grafis
Undiksha , untuk kemudian merancang sebuah event pameran bersama yang
terbingkai dalam sebuah frame kuratorial “Ekxplora(c)tion”. Dalam pameran ini
hadir 19 orang peserta mereka antara lain ; Hardiman, Kadek Septa Adi, I Komang
Sukerta Yasa, I Putu Aditya Diatmika, Ni Luh Pangestu Widya Sari, I Gede Riski
Soma Himawan, Ni Luh Ekmi Jayanti, I Kadek Susila Priangga, Dewa Made Johana,
Gde Deny Gita Pramana, Irma Dwi Noviani, I Kadek Budiana, I Putu Nana Partha
Wijaya, Mirza Prasetyo, Pande Putu Darmayana, I Nyoman Putra Purbawa, Saupi, I
Gede Dwita Natur Arista,dan Kholiluloh.
“Pameran ini
menghadirkan bingkai kuratorial yang sedemikian cair dalam artian tidak
menghadirkan isu atau tema yang spesifik, hal ini bertimbang pada sangat
beragamnya kecenderungan gagasan masing- masing perupa yang tidak mungkin dapat
diringkus dalam satu tema yang spesifik. Sehingga bingkai kuratorial ini
diarahkan pada usaha untuk menampilkan dan menyajikan pembacaan atas
keberagaman gagasan tematik serta upaya untuk menelisik dan mempresentasikan
bagaimana ihwal proses eksplorasi gagasan,atas medium, dan teknik pada karya
para perupa masing masing, “bebernya Susanta.
Pada akhirnya pameran
ini rasanya tidak cukup dimaknai hanya sebatas terbaca sebagai sebuah upaya
untuk melihat dan mempresentasikan bagaimana capaian capaian kreatif para
pegrafis dari komunitas “Studio Grafis Undiksha”, atau minimal bisa memantik
semangat para perupa anggota Komunitas Studio Grafis Undiksha yang sebagoan
besar anggotanya adalah para anak muda untuk terus bergerak dan berproses
kreatif di jalur seni grafis, di tengah perkembangan seni grafis di Bali yang
boleh dikatakan relatif minim pelaku yang berdampak pada minim event, minim
wacana.(*)
0 comments:
Post a Comment