karya Gus Dangap
DENPASAR,
Kering dan gersang wajah alam saat musim kemarau rentan terjadinya kebakaran
lahan atau hutan. Kebakaran hutan seperti siklus hampir tiap tahun terjadi baik
disengaja atau tidak sengaja. Kebakaran lahan memicu asap mengepul pekat
melambung tinggi. Hembusan angin membawa asap sampai berbagai wilayah.
Peralihan musim yang terjadi patut diwaspadai.
Fenomena ini muncul
kegelisahan perupa atas terjadinya kebakaran hutan maupun lahan. Perupa asal I
Ketut Agus Murdika atau lebih akrab disapa Gus Dangap menilai kebakaran yang
sudah terjadi hampir setiap musim kemarau meresahkan warga, kepulan asap
melumpuhkan sendi kehidupan masyarakat. Jarak pandang terbatas belum lagi
dampak lingkungan dan diri sendiri.
" Alam sebenarnya
adalah sebuah hal yang lumbrah dan sepele, tapi disinilah kita bernafas,
beberapa kalangan tampak enggan untuk menjaga apalagi memelihara. Yang paling
dikewatirkan mungkin tentang pertambangan serta dampak pembukaan lahan baru.
Dalih buka lahan baru tersebut dengan gampang cepat dan praktis dengan
membakar," kata perupa lulusan ISI Denpasar tahun 2012.
Gus Dangap berpendapat
suatu sisi kita memang membutuhkan hasil tembang, seperti minyak, besi, tembga,
dan lainnya. Pasir yang paling dekat dengan kita, paling parahnya pembukaan
lahan perkebunan yang keblabasan. Kebakaran hutan terinspirasi mengvisualisasi
dalam ranah kanvas, dimana corak warna merah menyala mendominasi tetap gaya
abstrak. Terbelesit dalam ingatan Gus Dangap sebelum melukis memperestasikan
kemurkaan alam, goresan palet, kuas dan serpuhan cat yang akhirnya lukisan
merah tersebut dapat diselesaikan. Kebakaran hutan maupun lahan terjadi bukan
karena disebabkan faktor alam semata ulah manusia pemicunya.
Perupa asli Banjar
Roban, Tulikup, Gianyar merupakan perupa paling termuda kelompok perupa Militan
Art dan Galang Kangin menyampaikan pergolakan yang terjadi jelang musim
kemarau. Selain kebakaran hutan, isu hangat tentang penambangan liar yang tak
berijin. Panambangan liar ini sangat menjadi masalah oleh pemerintah paling seksi,
hangat untuk diulang-ulang, apa karena pajak tidak masuk ke kas negara. Tapi,
apakah pemerintah sudah membatasi sampai mana penambang yag memiliki ijin untuk
mengeruk hasil bumi kita ?
Jika sebuah malapetaka
terjadi yang menjadi korban adalah manusianya. Salahkah alam kita, murkakah
Tuhan kita? sejatinya kita yang tak sanggup untuk menjaga dan merawatnya.
" Dalam alam
inipun saya seperti menglami sebuah dilema antara saya ingin, saya perlu, dan
saya akan. Saya ingin menjaga alam ini, dengn hal kecil di sudut kehidupan.
Menghirup udara yang layak, saya juga perlu dengan hasil alam yang melimpah
ini, " berangnya dengan nada meledak-ledak.
Gus Dangap berusaha
menjaga keharmonisan alam dengan tindakan kecil tapi nyata melalui menanam
pohon. Pihaknya tidak cukup hanya lewat lukisan sebagai pesan edukasi kepada
masyarakat luas. " saya akan tetap menjaga alam ini, kecintaan terhadap
alam ini adalah jiwa. Dalam diri ini ada alam yang saya jaga dan pelihara untuk
bisa bernafas dan menginjakkan langkah," tutupnya. (*)
0 comments:
Post a Comment