Dewa Wisarja (foto/sjd)
Berkesenian tidak bisa jauh-jauh dari sendi kehidupan
masyarakat Bali. Pasalnya, berkesenian wujud rasa syukur sebagai persembahan
kepada punguasa semesta. Tari, tabuh dan lainya bentuk kesenian tanpa batas.
Kesenian tari beragama bentuknya mengwujudkan bentuk kesenian tersebut
seniman-seniman berkreasi sesuai pakem. Seniman adalah tonggak pelestarian
kesenian, peran sentralnya mengembangakan dan melestarikan kesenian tersebut
berkesinambungan.
Seniman yang sering muncul biasanya kalangan yang
sudah berumur, seiring waktu peran anak muda berkecimpung dan berkiprah sebagai
seniman ada titik cerah. Seniman lokal yang muda semangat ledak-ledak
berkesenian menunjukan bahwa yang muda bisa berbuat banyak atas eksisitensi
kesenian yang ada.
I Dewa Made Wisarja salah satu seniman muda yang tidak
diragukan lagi kiprahnya di masyarakat. Jiwa seni sudah diturunkan jejak sang
ayah. Ia senang hati memberikan kemampuanya mentranfers ilmu kepada masyarakat
khususnya anak muda. Wisarja salah satu jebolan ISI Denpasar yang baru lulus
tahun lalu.
Mengisi hari Wisarja siap bila diinginkan menari
setiap kesempatan. Rasa senang ketika pangilan menari mengpresentasikan ilmu
selama ini ia dapat dibangku kuliah. Pergolakan hati terlampiaskan tumpah saat
menari. Wisarja anak kedua dari pasangan I Dewa Gede Mujana dan Desak Gede Siti
Sunari bakat menari sudah kelihatan bangku sekolah dasar dari teman sejawatnya.
Dorongan keluarga mengalirkan semangat pemicu dirinya menempuh disiplin ilmu
menari. Baginya manari sebagai bagain hidup karena menari wujud menjalani
swadharma berkesenian.
Angan-angan yang terpendam mengabdikan diri pada
masyarakat telah diwujudkan. Saat tenaganya dibutuhkan ia sangat bangga dan
sumringah tanpa ada rasa beban. Begitu enteng dijalani menjalani hobby senada dengan
pengabdian. Peran dimasyarakat tidak diragukan lagi berbagai event baik
kecamatan maupun kabupaten sudah ia perankan diantaranya Parade Ogoh-Ogoh Desa
Batununggul, Kecamatan serta kabupaten tahun lalu.
Kesabaran dan ketelatenan memberikan ilmu modal besar.
Sekaha teruna maupun karang taruna yang didik gejolak mudanya masih stabil.
Trik bagaimana mengajar yang didik merasa tidak ada beban disitu cara jitu ia
lakukan. Ia juga punya angan-angan waktu dekat ini membuka sanggar tari.
Sanggar tari di Desanya pasang surut menghampiri sanggar yang ada. Problem
inilah membuat ia berpikir bagaimana sanggar tetap eksis melawan kejenuhan.
Kurangnya tempat pertunjukan pemicu bubarnya sanggar, selain itu materi tari
yang diberikan stagnan satu tari. Masalah ini ia akan pecahkan berhubung Nusa
Penida sudah berkembang pariwisatanya. Hotel-hotel bermunculan kesempatan ini
dimanfaatkan dengan baik dan berkerja sama biar ada tempat pertunjukan secara
reguler.(*)
0 comments:
Post a Comment