monumen sampah kreasi Lempuyang Art (foto/sukarda)
KARANGASEM, Beda kaca mata perupa memperingati Hari Bumi, sampah
polemik berkepanjangan tiada henti melanda baik kota maupun pedesaan. Komunitas
seni rupa "Lempuyang Art" dan Yayasan Peduli Alam membuat instalasi
seni dari sampah plastik.
" Sampah plastik dimasukan
kebotol air mineral disusun rapi menyerupai bentuk botol. Pembentukan instalasi
terbuat dari besi akan jadi display di pantai Jemeluk, Amed sebagai monumen
peringatan bahaya sampah plastik, " I Gede Sukarda Perupa Lempuyang Art
saat dikomfirmasi, Minggu (24/4).
Botol disusun dari botol plastik
yang dipenuhi sampah plastik "Ecobricks". tinggi botol 3 meter dengan
diameter 90 cm, habiskan botol plastik ecobricks 300 buah. Instalasi seni
merupakan karya bersama Komunitas Lempuyang Art yang tentunya bekerja sama
dengan Yayasan Peduli Alam, masyarakat Jemeluk dan Desa Pakraman Culik, Abang
Karangasem.
Sukarda mengatakan ini
melanjutkan program komunitas seni rupa Lempuyang yang kami usung dari 2007
"Inveronmental Art" seni untuk lingkungan, sosial masyarakat.
" Siswa sekolah dasar,
masyarakat Banjar Lebah, Jemeluk dan tamu-tamu yang punya hotel dan dive, dari
pantai Awed sampai Bunutan sampah plastik dikumpulkan. Sampah dapat didaur ulang
baik plastik dan organiknya. Tapi, kami para perupa plastik pakai karya seni.
Tentunya, dengan tujuan pendidikan untuk perupa, anak-anak dan masyarakat.
Sudah saatnya melakukan tindakan mencintai bumi, karena rumah kita bumi kotor
akan mengancam kelangsungan hidup makhluk bumi. Cinta manusialah yang akan
mnyelamatkan bumi, " bebernya.
Menurut Ketua Yayasan Peduli Alam
Haike De Haan, instalasi ini monumen sebagai momentum menyadarkan masyarakat
akan bahaya sampah terutama plastik. Kegiatan tidak hanya didarat, kita juga
membersihkan terumbu karang dari sampah plastik, " terang Bule asal Jerman
sudah lama menetap di Bunutan Abang, Karangasem. (*)
0 comments:
Post a Comment