Men Seprog
Terpancar rasa tulus sebagai seorang pedagang bonusnya adalah jika daganganya laku. Wajah penuh guratan termakan usia tak menyurutkan dia melakukan sesuatu tanpa mengeluh. Tetesan keringat membasahi muka sekali-kali diusap dengan handuk. Sengatan sang surya memberikan semangat lebih hingga dagangan tersebut laku.
Barang yang dijual mulai dari hasil perkebunan, alat upakara. Tapi, saat musim kemarau Men Seprog berjualan perlengkapan upacara. Dari hasil tersebut bisa memenuhi kebutuhan buat dirinya.
Padahal dari pihak keluarga, anak dan cucu menyarankan berhenti berdagang. Lubuk hati paling dalam tetap tidak bisa. Teguh pendirian menjadi kuat menjalankan aktifitas. Maklum saja rutinitas ini sudah lama dilakuni Men Seprog.
Melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka tak ingin dikasihani. Mereka juga bukan meminta sedekah. Mereka tetap dengan gigih menjajakan barang dagangannya dengan sopan. Dia tetap berjuang mencari rezeki dan bukan hanya berpangku tangan mengharapkan bantuan. Mereka bekerja mencari nafkah dengan halal.
Seharusnya, kehadiran mereka bisa menjadi semangat untuk kita yang masih berusia muda. Dengan pendidikan yang lebih dan nasib yang jauh lebih beruntung dari pada mereka, kita harus lebih semangat dan optimis menghadapi hidup.
Oleh : Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment