kreasi ogoh-ogoh STT Yowana Bhakti (foto/sjd)
BATUNUNGGUL,
Buah keratifitas anak muda atau sekaha teruna saat jelang Nyepi menjadi
keharusan berkarya membuat sebuah boneka besar yang lebih dikenal dengan
ogoh-ogoh. Kreasi tanpa batas tapi tetap sesuai dengan pakem. Mengkombinasikan
berbagi unsur tetap mengusung tema buta kala. Sosok yang menyeramkan bertaring
panjang dengan muka sanggar tatapan mata memandang tajam begitu expresi
ogoh-ogoh yang dibuat Sekaha Teruna Teruni Yowana Bhakti Banjar Sampalan, Desa
Pakraman Dalem Setra Batununggul.
Pembuat ogoh-ogoh I
Dewa Gede Bayu Mahayana saat ditemui di balai Banjar mengatakan substansi
tentang leak selama ini sangat antipati selalu dianggap hal yang buruk baik
konteks ilmu maupun sifatnya. Sebenarnya leak kalau dikaji lebih mendalam
dimana leak merupakan budaya yang patut dilestarikan tetapi dipergunakan hal
yang baik bukan disalah gunakan. Baik dan buruk selalu berdampingan seperti
konsep dualitas (rwabhineda) selalu muncul dalam ranah sekala, dan tidak akan
dapat dipisahkan keduanya dalam kehidupan. Justru inilah kesempurnaan hidup,
bahwa dualitas selalu berdampingan, bukan bertentangan.
Konotasi leak sudah
melekat negatif dalam lingkungan sosial masyarakat Bali. Bayu mentermahkan
hasil karyanya bahwa leak selalu diidentikan dengan keburukan, sehingga sangat
latah ketika menyebut leak sudah pasti keburukan ada padanya. Dengan kata lain,
leak selalu dicap buruk sehingga dalam lingkungan sosial istilah ini sudah
berkonotasi dengan praktik ugig/wegig, desti, ndeluh terangjana dst.
Sesungguhnya, istilah leak tidak saja merujuk pada ilmu, sifat, yoga dst,
tetapi lebih pada "tradisi pangiwan" yang di dalamnya ada
praktik-praktik (ngelmu) hingga berpuncak pada pembebasan.
Jadi leak adalah
tradisi pangiwan yang hidup dalam tradisi mistik di Bali. Tentunya ini hanya
sebuah tafsir berdasarkan atas teks otentik, penuturan orang yang benar-benar
menekuni dan melakoni. Tentunya masih bisa diperdebatkan. Cuma memperdebatkan
objek ini sama halnya kita seperti orang buta yang meraba seekor gajah. Kita
raba belalai gajah maka kita akan menjelaskan gajah seperti ular, panjang dst.
Sebab ini bukan sekdar didebatkan, tetapi dihayati. Jadi kembali ke dalam diri,
leak jika kita sepakti sebagai ilmu...berarti tergantung kita
menggunakannya.(*)
0 comments:
Post a Comment