tari Jangkang saat dipentaskan di Pura Kahyangan Tiga desa setempat (sjd)
Pejukutan (waklaba.blogspot.com)
Banyak warisan budaya yang tersimpan di
pulau yang terletak di sebelah tenggara Bali yang terpisah selat Badung,
keberagaman seni budaya salah satunya tari Jangkang Pelilit.
“
Tari Jangkang Pelilit salah satu icon budaya Nusa Penida yang sudah diwarisi
dari generasi ke generasi. Tari ini dipentaskan saat piodalan di Pura Kahyangan
Tiga Desa Pakraman Pelilit. Sebagai tari pahlawan yang sedang berperang melawan
musuh sangat kuat. lakon cerita sangat berbeda dengan tari Bali pada umumnya
seperti guak maling banten, buyung mesugi & jelantik maisik, “ kata Bendesa
Pakraman Pelilit I Wayan Satu Antara, Kamis (26/2).
Ia mengatakan tari ini merupakan tari wali yang disakralkan yang
bertujuan sebagai tolak bala sebagai rasa bhakti masyarakat kami keagungan
Tuhan (Ida Sang Hyang Widi Wasa). Dari awal mulainya dipentaskan kesan magis
tersaji bahkan bisa menyembuhkan orang sakit, lama mandul akan punya anak &
mencari pekerjaan jika tari ini dipentaskan, “ tuturnya.
Pengiring
alat music tari Jangkang sangat sederhana diantaranya kempul, gamelan satu
pasang, petuk,cenceng dan dendeng. Sementara pakian yang digunakan hasil dari
kerajian setempat seperti celana dan baju, Sabuk, Saput dalam & Saput luar.
Tokoh
masyarakat setempat I Wayan Natih, tari ini merupakan ungkapan rasa syukur
serta keagungan alam semesta. Atas keberkahan yang sudah diberikan agar terjadi
keharmonisasi antara Bhuwana alit dan Bhuwana agung.
Sementara
Ketua Sekha Tari Jangkang Pelilit I Made Monjong mengatakan untuk mengatasi
regenerasi, kita libatkan anak-anak muda untuk dilatih sebagai generasi penerus
agar tonggak estafet berjalan terus hingga tidak tertelan waktu. Monjong
berharap agar instansi terkait betul-betul peduli dengan
keberadaan tari sacral ini .
SEJARAH
LAHIRNYA TARI BARIS JANGKANG
Pada
jaman dahulu, ada seorang bernama I Jero Kulit, berasal dari Dusun Pelilit,
Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. I Jero Kulit
sebagai Pembantu Raja di Kerajaan Klungkung.
I Jero Kulit di beri
tugas oleh Sang Raja untuk member babi makan setiap hari. Tempat makanan babi
adalah bernama kempul, salah satu music Tari Baris Jangkang yang bahannya
berasal dari Perunggu.
Mengingat tempat
makanan babi tersebut sangat unik dan menarik dari segi bentuknya, makan I Jero
Kulit bekeinginan membunyikan dengan cara memukul kempul tersebut, dan ternyata
kempul tersebut mengeluarkan suara yang sangat dahsyat dan menghanyutkan hati.
Saat itulah I Jero Kulit berkeinginan meminta kepada Sang Raja.
Bertahun-tahun beliau
bekerja sebagai pembantu Sang Raja, sehingga munculkan pemikiran, merasa rindu
dengan sanak saudaranya untuk pulang ketanah kelahirannya di Dusun Pelilit
dengan meminta kempul tersebut kepada Sang Raja di pakai Oleh-oleh. Setelah
tiba di Dusun Pelilit, ternyata Sang Raja mengabulkan dengan hati nurani yang
tulus ikhlas permintaan dari I Jero Kulit.
I Jero Kulit sekarang
beranjak pulang, setibanya di Dusun Pelilit, I Jero Kulit tidak langsung pulang
kerumah, melainkan mampir kekebunnya. Nama kebunnya adalah Bukit Jurang Runut
Kempul yang dibawa ditaruh di Kubu/Pondok tempat beliau bertedu. Karena saking
lelahnya beliau berteduh dan mengasuh sebentar, tiba-tiba terdengar bunyi
kentongan secara bertubi-tubi, I Jero Kulit beranjak bangun mendengarkan asal
suara kentongan tersebut, ternyata berasal dari Banjar Adat Pelilit. I Jero
Kulit mendatangi tempat itu, ternyata masyarakat Banjar Adat Pelilit saat itu
sudah berkumpul lengkap membawa senjata untuk menyatakan perang. Kelihan Banjar
mengumumkan perang melawan desa sebelah perbukitan batas wilayah, I Jero Kulit
merasa tertantang ikut bergabung dengan warga masyarakat tanpa membawa senjata.
Masyarakat berangkat bersama-sama menuju tapal batas wilayah ternyata musuh
sudah menunggu, tapal batas wilayah tersebut dekat dengan kebunnya I Jero
Kulit. Begitu perang akan dinyatakan mulai berkecamuk, I Jero Kulit mengambil
kempul tersebut dengan di bunyikan secara bertubi-tubi, musuh saat itu
mendengar suara kempul yang sangat mengelegar dari pemberian Sang Raja,
sehingga musuh mundur, sebab saat suara kempul itu adam rumput ilalang ikut
bergerak di sekitar tersebut, musuh melihat padang ilalang tersebut ibarat
tumbak siap menyerang musuh. Karena saking takutnya musuh, banyak musuh mati
karena menabrak pohon dan mayatnya tersangkut diranting pepohonan, sehingga
kemenangan saat itu ada di pihal warga Dusun Pelilit. Sambil merayakan
kemenangan masyarakat paru membicarakan tentang kempul yang di bawa oleh I Jero
Kulit sudah di anggap mempunyai nilai magis yang tinggi. Hasil parum Banjar
Adat Pelilit akan dibangun tarian sakral Tari Baris Jangkang.
Kenapa dinamakan Tari
Baris Jangkang, sebab di saat perang, kempul dibunyikan, padang ilalang ikut
jungkang-jungking mengusir musuh. Simbul ilalang selalu di ikat pada ujung
tombak sebagai simbul untuk ikut memenangkan
perang, sehingga sampai sekarang padang ilalang sebagai penangkal bala
siapapun yang ikut menari. Jika ada Upacara Agung di Puri Raja, Tari Baris
Jangkang selalu di panggil sebagai Tari Sakral.
Oleh
: Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment