Pertama Kali Ogoh-Ogoh Bisa diputar di Nusa Penida



 Sekha Teruna menggerjakan ogoh-ogoh (foto/sjd)
 
Batununggul (waklaba.blogspot.com) 

Perayaan Hari Raya Nyepi tahun çaka 1937, STT Yowana Bhakti Banjar Sampalan Desa Pakraman Dalem Setra Batununggul membuat ogoh-ogoh kreasi yang dikalaborasi dengan pragmentari tema yang diusung yakni Narasinga Awatara, Selasa (24/2).

Kreator I Dewa Gede Bayu Premana saat ditemui dibalai banjar mengatakan jauh berbeda dari ogoh-ogoh sebelumnya, ogoh-ogoh bisa diputar 180 %
dengan teknik baru pertama kali di Nusa Penida. “ pemadukan teknik as roda dengan las jauh lebih rumit sekali. Kesabaran dan ketelatenan teknik ini bisa terpasang, “ ujarnya.

“ Saat diarak nanti akan menjadi pusat perhatian warga. Apalagi tema yang diusung  Narasinga adalah awatara (penjelmaan) dari Dewa Wisnu yang turun ke dunia, berwujud manusia dengan kepala singa, dan berkuku tajam. Narasinga merupakan simbol dewa pelindung yang melindungi para pemuja Dewa Wisnu saat keadaan bahaya , “ ucap Bayu.

            Singkat cerita, Raja Hiranyakasipu membenci semua hal yang berkaitan dengan Dewa Wisnu. Hal ini dikarenakan, beberapa tahun lalau adiknya dibunuh oleh salah satu awatara Dewa Wisnu. Akhirnya, Raja Hiranyakasipu bertapa pada Dewa Brahma dan memohon agar, ‘beliau tidak bisa dibunuh oleh manusia, hewan, ataupun dewa; tidak bisa dibunuh saat pagi, siang ataupun malam; tidak bisa dibunuh di darat, air, api, maupun udara; tidak bisa dibunuh di dalam ataupun di luar rumah; dan tidak bisa dibunuh oleh segala macam senjata.’
           Suatu ketika, saat mengetahui bahwa anak dan istri Raja Hiranyakasipu dilindungi oleh Dewa Wisnu, beliau sangat marah. Beliau mengamuk dan menghancurkan pilar rumahnya. Saat itulah Dewa Wisnu sebagai Narasinga muncul dari pilar rumah yang dihancurkan Raja Hiranyakasipu dan membunuhnya. Mengingat kemampuan Raja Hiranyakasipu yang sulit dibunuh, maka Dewa Wisnu memilih berwujud sebagai manusia berkepala singa atau Narasinga, pada waktu senja hari, membunuhnya di atas pangkuan Narasinga dan menggunakan kuku, bukan jenis senjata apapun.

Akhirnya, Raja Hiranyakasipu dapat dibunuh oleh Narasinga yang merupakan awatara Dewa Wisnu. Kejadian pembunuhan ini, merupakan salah satu hukuman paling sadis dari Dewa Wisnu.

Oleh : Santana Ja Dewa


Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.