Made Gunawan, Berdiri Dibalik Pohon



Triawan Munaf Kepala Badan Ekonomi Kreatif membuka pemeran tunggal Made Gunawan  
Lingkungan tak terlepas dari sebuah masalah, tempat yang kita pijak tak ubahnya seorang sang subjek sekeji apapun yang dilakukan tetap saja biasanya melakukan sirkulasi sedemikan rupa. Foundamental berbincang semesta tak habis-habis dibahas seiring exploitasi yang menerpa. perguncingan pada titik inilah seorang perupa mencium sisi dibalik pohon atau tumbuhan. Made Gunawan melihat tumbuhan adalah sumber kehidupan, karena penyuplai air, bayangkan kalau bumi tanpa pohon tentu akan kering dan manusia, maka sayangilah dan rawat tumbuhan agar bumi harmoni. 

Hal yang kecil tapi jarang kita peduli hanya bisa teriak-teriak ngga jelas. Bepijak pada sesuatu pembenaran subjektifitas. Gunawan mengajak insan hidup mengajak meresapi diri bahwa tumbuhan disekitar kita perlu dirawat dengan baik, rikala kelihatan hijau asupan energinya akan membiaskan ketenangan batin. Mata manja melihat hijau dan gerak-gerik daun semakin molek diterja angin. 

Dalam ranah lingkungan jangan berbicara hal besar, cukup pada sekala kecil dirumah menanam pohon, hijau lingkungan sekitar memimbas pada ketenagan mata melihat sejuk mengalir pada otak, aktifitas dalam sehari tetap terjaga optimal. Garapan Made Gunawan dengan karakternya melukis menelisik keistimewaan tumbuhan yang diangkat dalam pameran tunggalnya di Hadiprana Gallery, Jakarta bertajuk Tree Of Life.

Masyarakat Bali, tumbuhan bagian tak terlepas dari tatatan hidup menjaga semesta yang lebih dikenal dengan pelemahan mengadakan ritual yang diberi nama Tumpek Uduh atau Pengatag. Inilah bagian wujud syukur atas peran tumbuhan bagi kehidupan, hasil buah, daun dan ranting untuk kelangsungan kehidupan. Kesimbangan dan harmoni adalah pesan dari ritual ini.

Tak terlepas dari itu, Made Gunawan juga terinspirasi dalam karyanya dari pewayangan yakni Kayonan. Kayonan sendiri biasanya sebagai pembuka pragmen dimulai atau pengantar pergelaran seni wayang. Kayonan adalah kearifan lokal yang sesuai rasa dan cipta mengambarkan keharmonisasi semesta. Semesta berserta isinya termasuk gunung dan tumbuhan pengambaran dari kayonan dimana filsafat terbungkus dalam sebuah kayonan. Manusia harus tumbuh dan bergerak maju secara dinamis sesuai dengan perkembangan sehingga bisa melukis dunia dan alam semesta ( urip iku obah, obaho sing ngarah-arah).  Pohon itu juga melambangkan bahwa Tuhan telah memberikan pengayoman dan perlindungan bagi masnusia yang ada di sekala. Tatkala terjalin kesimbangan yang apik, manusia harus membuat dunia dan alam semesta menjadi anggun dalam spiritual maupun material.

Dialog Embun 

Aroma fajar membias tetesan air pada daun menyambut kedatangan hari. Daun-daun beriak mekar sedemikian rupa sinar dari telupuk timur memancarkan energi.  Embun menyapa teluput pagi, keindahan tiada tara semesta memancarkan aroma energi. Dialog embun menyapa pagi untuk kehidupan, mari tanam pohon ?!?!?!?!?!?!?!?!?!?!?!?!?!?!





Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.