Militan Art Terpesona " Kemolekan " ATUH




Alam tidak terlepas dari denyut nadi kehidupan, kewajiban manusia memberikan andil penting menjaga semesta secara berkelanjutan. Semesta tulus hati menawarkan percikan yang disebarkan selanjutnya dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri. Semesta dan budaya akan timbul dengan imajinasi dari sudut pandang masing-masing. Menelisik lebih detail tentang alam terutama pantai adalah sebuah tempat yang menarik sebagai wadah sandaran tatkala lagi diterjang egomoni dinamika kehidupan sepertinya, pantai tempat yang utama melepas kerinduan mendalam. Letih, lesu dan galau memandangi pantai desiran angin secara pelan menghempas pergolakan yang terjadi. Memandang suara nada gelombang dari kejauhan pikiran terbawa menembus cakrawala.


Dimensi pantai dan kemolekan yang ditawarkan tiap pantai punya iconik tersendiri. Pasir putih bagain elemen dari pantai lebih-lebih disekitaran dikelilingi tebing yang gagah membentinginya. Di sebuah pulau terletak sebelah tenggara Bali memiliki pantai eksotis bernama pantai Atuh. Nusa Penida yang lebih dengan dengan daerah spiritual dan alamnya masih tersembunyi menyimpan kemegahan hasil semesta. Kondisi ini menggugah para perupa Bali " Militan Art" yang sudah terbentuk 2010 secara konsisten menelurkan karya seni sebagai kewajiban dan tanggungjawab mereka terhadap pecinta seni. Karya seni yang bertajuk dari akronim ATUH " Art The Universal Habit". Karya lukis yang ditampilkan dikemas dalam bentuk kolaborasi sajian kontemporer seni lukis. Ada 25 seniman lukis yang akan memamerkan 25 karyanya dalam pameran yang berlangsung hingga 25 September 2017 di Grya Santrian Gallery.

Pemilihan pantai Atuh bukan tanpa alasan melainkan sebuah pencapian imajinasi melihat lokasi destinasi yang menabjukan. Hasil karya lukis tersudut sebuah pantai Atuh yang terletak di kabupaten Klungkung, para perupa memilihnya sebagai objek karya karena panorama yang indah tidak ada duanya dari pantai yang ada di Bali. Pantai berteluk dibalut pasir putih dikelilingi tebing menjulang tinggi dengan gagah membentingi pantai. Menambah terpesona ditengah pantai terdapat palau kecil berbentuk sedemikan rupa ujung palau berbentuk lancip, warga sekitar menyebutnya Batu Padasan. Karya lukis yang ditampilkan dikemas dalam bentuk kolaborasi sajian kontemporer seni lukis. Militan Art mengexolorasi dan memahami lingkungan sekitar yang masih alami dan menginformasikan arti penting pelestarian budaya dan membahasakan keadaan lingkungan sekitar diatas kanvas. Perupa tidak menoton berkarya di studio saja, rasa bosan menghantui setidaknya ada sebuah pembaruan dalam berkarya. Rekreasi dan membangun imajinasi perupa pergolakan emosi pada lingkungan Atuh.

Menggarapan lukisan langsung melukis bersama-sama diatas tebing setelah itu dibakar, hal ini sebagai tanda pembakaran emosional " sumia" yang dilakukan Februari lalu. Dalam proses lukisan di pantai Atuh lukisan membentang 100 meter kemudian dibakar, artinya itu sebagai tanda pembakaran emosional perupa. Pengamatan perupa menilai melukis kembali melukis yang di Bali ada kepercayaan renkarnasi dan disinalah lahir kembali menjadi pameran ini " punarbhawa". Perupa menyakini dari karya seni rupa memberikan karya dengan tujuan penyadaran dan pemberdayaan manusia terhadap persoalan-persolan lingkungan yang harus dijaga. Representasikan wujud apa yang ditangkap perupa yang dituangkan dalam ranah karya. Selain menggali emosioanal saat berada di Atuh yang dipersonifikasikan dipamerkan pada masyarakat luas.


Nampak nuansa kain poleng mendominasi ciri lukisan Militan Arts seperti karya Dolar Astawa, Putu Bonus Sudiana yang merupkan putra asli Nusa Penida. Ada juga nuansa laut, tebing, dan sekitarnya karena memang Nusa Penida adalah kepulauan yang disajikan dalam karya Nyoman Sujana Kenyem, Teja Astawa, Wayan Suastama, Ketut Kabul Suasana, Agus Dangap Murdika, Sugantika Lekung dan lainya. Seperti diketahui simbol poleng adalah simbol Ratu Gede Mas Mecaling Dalem Ped Nusa Penida. Itu pula menjadi alasan awalnya para umat yang beragama Hindu sembahyang atau istilah wisata spiritual. Bagaimana perupa terbakar semangat dan spirit setelah merespon kemolekan sebuah tempat yang menawan. Sebagian besar anggota Militan Art belum pernah berkunjung ke tempat maha karya semesta, dari perjalanan ini adalah 'refresh' dari kepenatan rutinitas harian, mencari energi baru ditampilkan dalam kanvas. *

Oleh ; Santana Ja Dewa

lukisan lainya









Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.