Mendengar kata mutasi bagi sebuah menakutkan bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) padahal mutasi itu sendiri merupakan suatu evaluasi
kenerja bagi PNS. Seperti halnya siswa
yang sedang mengikuti ujian , hal yang menakutkan bagi siswa begitu juga bagi
para PNS mendengar mutasi. Ambil bijak saja , ukur diri sendiri sejauh mana
kenerja serta niat dalam hati untuk mengabdi pada negara tercinta ini. Lakukan
yang terbaik bagi Negara. Jangan hanya bisa menuntut saja , namun apa yang sudah
perbuat untuk Negara.
Sederhana saja berfikir lakukan yang terbaik.
Maklum , sudah hampir 10 tahun seperti ini. Pola fikir PNS hanya mencari
kedudukan saja padahal kemampuan jauh dari standar kompetensi. Modal pendekatan yang selalu menjadi ukuran.
Kasian yang mempunyai kemampaun dibidang tertentu . kadang-kadang tidak masuk
akal sehat. Kalau memang tidak ada niat untuk bekerja lebih baik pensiuan muda
saja . masih banyak tenaga yang mau mengabdikan diri .
Guru juga begitu saat upacara bendera memperingati
Hut Proklamasi RI yang ke-69 banyak yang tidak hadir. Entah alasan apa ? sangat
disayangkan. Sejauh mana rasa nasionalisme .Seperti pribahasa guru kencing
berdiri murid kencing berlari , kenakalan siswa sekarang juga sangat berimbas
dari para pendidik itu sendiri. Mungkin kalau ada tunjangan upacara bendera
dijamin para guru pasti hadir semua
(nihil). Parahnya lagi saat mendapatkan tunjungan pagi-pagi sudah
ramai-ramai di Bank kayak antrean ambil sembako gratis. Lupa akan tugas pokok
sebagai pendidik.
Disatu sisi masyarakat ingin perubahan tapi tidak
diimbangai dengan kinerja abdi Negara. Saat disumpah janji menjadi PNS “ siap ditugaskan di wilayah Kabupaten
Klungkung serta mengabdi pada Negara”. Sayang seribu sayang banyak yang cidera
janji.” Pagon masih nu jadi PNS” kata itu sering diucapkan. Banyak pimpinan
instansi sulit untuk menggerakkan bawahwan untuk bekerja untuk melayani
masyarakat.
Oleh : Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment