finishings pengepakan dengan daun singkong (foto-SJD)
Singkong tidak asing lagi bagi semua
kalangan. Nusa Penida termasuk penghasil
singkong. Saat panen tiba, harga singkong turun drastis. Petani mengeluhkan
harga singkong yang kurang stabil.
Salah satu pembuat Tape Ni Ketut Pini mengatakan
saat panen tidak diimbangi dengan daya beli. Petani pun tidak bisa berbuat
banyak. Untuk meningkatkan daya beli diperlukan kreatifitas untuk
mengolahnya, seperti tape dan camilan
yang lainnya. Singkong merupakan bahan dasar tepe. Pembuat tape hanya terdapat
di daerah Sental. Keterampilan membuat tape diturunkan dari generasi ke
generasi berikutnya, Senin (14/7/2014), ujarnya.
Cita rasa tepe yang khas, dikarenakan
pembungkusnya dari daun pisang. Harga tape tidak sampai menguras kantong, hanya 3 ribu rupiah per bungkus.
Proses pembuatan diawali perebusansingkong
terlebih dahulu. Perebusan jangan kelewatan matang, rasa gurih tape akan
berkurang. Selanjutnya menunggu proses
pendinginan. Sudah keadaan dingin dicampurkan secara merata dengan ragi. Finishing
pengepakan dengan daun pisang. Dua hari kemudian tape bisa dinikmati.
Di saat musim kemarau bahan baku tape sangat sulit
didaptakan. Para pembuat tape berhenti produksi. Pasar Mentigi banyak para
petani menjajakan singkong. Satu kerangjang ± 50 ribu. Sekali produksi bisa
mencapai 125 bungkus. Keuntungannya , 250-300 ribu.
Sementara pembuat tape lainya Ni Komang Budiasri
mengatakan sudah menekuti usaha ini selama 2 th. Pekerjaan pembuat tape
hanyalah pekerjaan sampingan. Pkerjaan utamanya , petani rumput laut, “
terangnya.
Tape di pasarkan hanya memenuhi kebutuhan lokal
saja, namun di saat para pemedek yang tirta yatra ke Nusa Penida biasanya
mampir untuk dijadikan oleh-oleh khas Nusa Penida. Disamping sebagai oleh-oleh juga
sebagai bpelengkap es campur. Bagi pecinta
tape pasti ketagihan untuk mencicipi lagi dan lagi.
Oleh : Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment