Tari Sang Hyang dalam khasanah Dunia tari berada
dalam kelompok tarian kuno (Ancient Dancer) atau tarian klasik. Hal ini
disebabkan tari Sanghyang mengandung unsur-unsur magis (berjiwa sakti, animisme
(sreg jiwa) dan demonology
(keraksasaan). Ketiga unsur ini secara umum dapat ditemukan dalam tari
Sanghyang. Di Bali keberadaan tari Sanghyang dikaitkan dengan tujuan ritual /
keagamaan sehingga posisi tari sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali.
Tari Sang Hyang dibandingkan dengan kehidupan tari – tari klasik lainnya
memiliki karakter dan fungsi yang lebih khas serta relatif kurang popular
karena tujuan pementasannya tidaklah untuk menghibur, tetapi lebih ditujukan
untuk aspek relegius yaitu berfungsi untuk ritual magis pengusiran bhuta kala.
Sang Hyang Grodog saat tampil di Nusa Penida Festival (foto-SJD)
Tapi sangatlah berbeda dengan yang ada di Desa
Pakraman Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung karena selain
memiliki Sang Hyang yang sudah lumrah seperti yang terdapat di desa lainnya
seperti Sang Hyang Jaran, Sang Hyang Dedari tetapi ada juga Sang Hyang Grodog. Sang Hyang Grodog yang sacral ini bukan berhenti hanya berupa
tarian melainkan paduan sempurna antara irama gending ( nyanyian, audio,
suara/bunyi ), rupa ( wujud, bentuk, visual )
dan agem ( gerak, kinetic ). Jumlahnyapun bukan hanya satu atau dua
tetapi sekaligus ada 23 jenis Sang Hyang,
yang kemudian dipersembahkan sebagai aci sacral di desa Pakraman
Lembongan selama 11 hari berturut-turut mulai pinanggal ke -7 sasih karo
(bulan
Juli – Agustus ).
Berdasarkan fungsi ritual magis tari Sang Hyang
grodog atau lazim disebut Sanghyang Perahu yang pernah berkembang dan membudaya
di Desa Lembongan juga memiliki fungsi ritual magis seperti :
1. Penolak bala
·
Wabah
penyakit terjangkit di Desa Lembongan
·
Wabah
penyakit ternak ( grubug) hewan peliharaan seperti sapi, babi dan ayam.
2. Sarana memohon hujan jika
terlambat atau terlalu lama terjadi musim paceklik.
Disamping fungsi
ritual magis Sang Hyang grodog juga didalamnya terkandung nilai budaya yang
adi luhung di dalam ke 23 (dua puluh tiga)
jenis Sang Hyang yang tergabung dalam Aci
Sang Hyang Grodog seperti : Nilai simbolis Kesuburan, Religius, Kekrabatan,
Gotong royong, Legenda Desa, Pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam laut, keperkasaan/kekuatan
dan keanekaragaman satwa di Lembongan.
Bila didalami nilai hakekat guna, makna dan nilai
maupun kearipan hidup yang terkandung kedalaman Aci Sang Hyang Grodog ini
merupakan kristalisasi kedalaman visi kesemestaan hidup dan kehidupan yang
dipahami oleh penglingsir (tetua) Desa
Pakraman Lembongan dimasa silam yang tetap relevan, bahkan sangat urgent bagi
generasi masa kini maupun masa depan. Sang
hyang Grodog merupakan unteng sekaligus puncak pemahaman spiritualitas
model penglingsir (tetua) Lembongan yang hidup dalam tradisi maritim dengan
tetap mencintai , menghargai dan kesantunan pada Tanah Air/Bumi Pertiwi dengan
segenap isinya yang disimboliskan dengan 23 jenis Sang Hyang Grodog tersebut. Adapun
23 jenis Sang Hyang Grodog tersebut yaitu :
1.
Sang Hyang Sampat
2.
Sang Hyang Bumbung
3.
Sang Hyang Penyalin
4.
Sang Hyang Lingga
5.
Sang Hyang Joged
6.
Sang Hyang Dukuh Ngaba Cicing
7.
Sang Hyang Jaran
8.
Sang Hyang Dukuh Masang Bubu
9.
Sang Hyang Sampi
10.
Sang Hyang Bangu-Bangu
11.
Sang Hyang Kebo
12.
Sang Hyang Tiling-Tiling
13.
Sang Hyang Enjo-Enjo
14.
Sang Hyang Manjangan
15.
Sang Hyang Tutut
16.
Sang Hyang Jangolan Dukuh Ngaba
Penyu
17.
Sang Hyang Barong
18.
Sang Hyang Kelor
19.
Sang Hyang Capah
20.
Sang Hyang Perahu
21.
Sang Hyang Sumbul
22.
Sang Hyang Payung
23.
Sang Hyang Bunga
0 comments:
Post a Comment