Foto: yan gunayasa
Oleh : I Ketut Sandika
Inilah salah satu implementasi toleransi sesungguhnya.
Warga Hindu di Desa Merita Culik Karangasem dengan umat Islam Bugis yang
terlibat dalam kegiatan upacara keagamaan. Bentuk asimilasi kebudayaan yang
terpadu harmoni, sehingga memunculkan karakteristik budaya yang khas dan kaya
akan nilai kebersamaan.
Di luar sana, masih saja memperdebatkan kafir dan halal. Melempar isu agama demi melegetimasi kekuasaan, dan kepentingan kelompok. Ayat-ayat suci demikian dijadikan alat menebar kebencian dengan iming-iming nikmatnya surga, sehingga mengamini kekerasan hingga wajah agama pun seolah-olah menakutkan. Hal itu tidak berlaku di Desa Culik Karangasem Bali.
Di luar sana, masih saja memperdebatkan kafir dan halal. Melempar isu agama demi melegetimasi kekuasaan, dan kepentingan kelompok. Ayat-ayat suci demikian dijadikan alat menebar kebencian dengan iming-iming nikmatnya surga, sehingga mengamini kekerasan hingga wajah agama pun seolah-olah menakutkan. Hal itu tidak berlaku di Desa Culik Karangasem Bali.
Sebuah rajutan harmoni terlihat
jelas. Rekam jejak masa lalu juga menjadi pengikat mereka untuk ada rasa saling
memiliki. Sebab mereka ada di tempat itu atas kekuasaan Raja Karangasem, dan
kebaikan hati raja. Ada sebuah konsesus yang mereka sepakati, bahwa dimana
tanah dipijak di sana langit dijunjung. Artinya, kebersamaan dan harmoni adalah
yang utama di atas doktrin agama. Adalah kualat kepada leluhur, jika mereka
mengingkari semua itu. Dengan alasan apapun, kekeluargaaan harus dijaga dengan
baik.
Nyama Selam adalah identitas
mereka. Nyama berarti saudara, dan saudara adalah Sa Udara dalam artian satu
udara. Jadi, satu udara adalah satu kehidupan dan satu nafas. Semua filosofi
itu, mereka leburkan ke dalam wujud kebersamaan dalam tradisi dan budaya yang
dilandasi atas teologi bahwa Gusti Allah dan Sanghyang Widdhi ada dalam
kekuasaanNya yang sama sebagai Yang Maha Esa.
Bagaimanapun, tradisi dan budaya adalah menyatukan mereka Nyama Selam dan Nyama Bali di Desa Culik, dan beruntunglah bangsa ini masih tetap menjaga dan diwarisi tradisi dan budaya yang beragam. Keragaman adalah mutlak yang hendaknya dijaga dalam bingkai kesatuan, seperti apa yang tertatah dalam sesanti Pancasila "Bhineka Tunggal Ika".
Bagaimanapun, tradisi dan budaya adalah menyatukan mereka Nyama Selam dan Nyama Bali di Desa Culik, dan beruntunglah bangsa ini masih tetap menjaga dan diwarisi tradisi dan budaya yang beragam. Keragaman adalah mutlak yang hendaknya dijaga dalam bingkai kesatuan, seperti apa yang tertatah dalam sesanti Pancasila "Bhineka Tunggal Ika".
Apakah hal ini merubah keimanan?
Tentu tidak, sebab keimanan sejatinya adalah ada rasa saling menghormati,
menghargai, menerima perbedaan, rasa bersaudara, dan menempatkan kerukunan di
atas segalanya. Rukun Islam, bukan berarti rukun hanya antar umat Islam, tetapi
rukun dengan semuanya tanpa memaksakan satu keyakinan di atas keyakinan
lainnya.
Seiman bukan pula diterjemahkan
sebagai satu iman yang beragama Islam, tetapi satu iman meyakini kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa, yang mana Hindu menyebutnya Sanghyang Widhi, Islam
menyebutnya Gusti Allah, pun demikian kepercayaan lain. Dan, pandangan itu ada
pada mereka, baik Nyama Selam dan Nyama Bali di Desa Merita Culik Karangasem
Bali.
0 comments:
Post a Comment